REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pada era kekuasaan Umayyah, Wasith tampil sebagai pusat intelektual dunia Islam. Ibnu Batuta, pengembara Muslim legendaris dari Maroko, sempat berkunjung ke kota itu. Dalam catatan perjalanannya yang bertajuk Ar-Rihla, Ibnu Batutta mengagumi perkembangan keilmuan di Wasith.
"Bagi orang-orang yang mengunjunginya, Wasith memberi manfaat dengan pengetahuan. Suasananya mendorong setiap orang untuk memiliki pemikiran yang maju. Dan, orang-orang Wasith adalah yang terbaik di Irak," papar Ibnu Batutta menggambarkan geliat dan kemajuan ilmu pengetahuan yang berkembang dan dicapai masyarakat Wasith ketika itu.
Ketika era kekuasaan Dinasti Ummayah berakhir Wasith masih menjadi salah satu kota yang penting. Begitu Kekhalifahan Abbasiyah berdiri, ibu kota pemerintahan Islam berpindah dari Damaskus (Suriah) ke Baghdad. Pada awal-awal perpindahan pusat kekuasaan itu, Kota Wasith masih tetap diperhitungkan.
Namun, seiring berkembangnya Baghdad menjadi metropolis dunia di Abad Pertengahan, pamor Wasith pun mulai meredup. Bahkan, sejak abad ke-15 M, kota itu hampir kurang dikenal lagi. Seorang geografer asal Turki menggambarkan Wasith pada awal abad ke-17 M, sebagai kota yang terletak di tengah gurun.
Ketika Kekhalifahan Utsmaniah atau Ottoman yang berpusat di Turki menguasai dunia, Wasith menjadi provinsi dan al-Kut menjadi ibu kotanya. Dinasti Ottoman membangun kembali Wasith sebagai pos terdepan untuk menghalau serangan dari Dinasti Safawiyah yang berpusat di Iran.
Kota Wasith kembali dikenal pada era Perang Dunia I, ketika pasukan Inggris melakukan invansi. Sekarang, Wasith menjadi salah satu provinsi di Irak dan letaknya di bagian tengah Irak. Kota itu berjarak 172 kilometer dari Baghdad.
Provinsi Wasith luasnya mencapai 17.153 kilometer persegi atau sekitar 3,9 persen dari luas negara Irak. Wilayah itu merupakan sentra pertanian karena memiliki jaringan irigasi yang bersumber dari Sungai Dijla.
Sehingga, Provinsi Wasith dikenal dengan hasil pertaniannya, seperti gandum, jerai, jagung, beras, kapas, dan bunga matahari. Tak hanya itu, kota itu juga menjadi penghasil aneka sayuran dan buah-buahan. Provinsi Wasith dihuni oleh 1,03 juta penduduk pada 2006. Populasinya mencapai 3,9 persen dari total penduduk Irak.
https://ift.tt/2ECJOSd
December 18, 2018 at 04:30PM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2ECJOSd
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment