Friday, December 21, 2018

MRI: Bantuan Kemanusiaan ke Xinjiang Jadi Misi Menantang

Saat ini pemerintah Cina sudah mengeluarkan edaran izin kunjungan ke Xinjiang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) mengatakan rencana pengiriman bantuan kemanusiaan ke Provinsi XInjiang, Cina menjadi misi paling menantang. Saat ini, tim Aksi Cepat Tanggap (ACT) sedang mempersiapkan proses untuk mengunjungi Muslim Uighur di Xinjiang.

“Aksi langsung ke Xinjiang menjadi misi menantang bagi kita,” kata Presiden MRI Syuhelmaidi Syukur dalam konferensi pers di Kantor ACT, Jakarta, Selatan, Jumat (21/12).

Dia tak menampik banyak mendapat pertanyaan ihwal apakah tim ACT bisa masuk ke Xinjiang. Mengingat, pemerintah setempat sangat ketat menginzinkan kunjungan ke daerah itu.

Syuhelmaidi mengatakan tim akan mengupayakan segala usaha untuk memberi bantuan. Berbekal pengalaman 13 tahun, selalu ada jalan terhadap niat aksi kemanusiaan. Pun selama 13 tahun, sudah banyak mitra di berbagai negara yang membantu tim kemanusiaan ACT.

Karena itu, dia meyakini misi ini akan mendapat bantuan dari orang-orang baik di seluruh dunia. Sebab, banyak orang yang memiliki misi baik serupa. Dia menegaskan kejahatan kemanusiaan tidak bisa didiamkan begitu saja oleh dunia internasional.

Derita Muslim Uighur: Cadangan Migas dan Penindasan Beijing

“Lembaga ACT Indonesia beranikan diri memberangkatkan tim dengan segala konsekuensinya,” ujar dia.

Namun, Syuhelmaidi tidak bisa menjelaskan bagaimana detail teknis kegiatan tim kemanusiaan itu. Dia mengatakan, saat ini pemerintah Cina sudah mengeluarkan edaran izin kunjungan ke Xinjiang. Terkait berbagai bantahan dari pemerintah ihwal aksi kejahatan kemanusiaan, Syuhelmaidi menganggap hal itu sangat biasa.

“Pengiriman ke Uighur proses. Kita memang tak bisa sebutkan detailnya siapa yang berangkat dan bagaimana kegiatannya,” ujar Syuhelmaidi.

Dia mengatakan tim akan mencari mitra, melihat kondisi dan peluang bantuan. Strategi tersebut diterapkan dalam aksi bantuan ke berbagai negara. Apabila memungkinkan, tim langsung memberikan bantuan saat itu juga.

“Ini tantangan karena beda ke wilayah lain yang tertimpa musibah perang. Tantangannya ini dilindungi negara (tujuan). Myanmar juga, tapi (Rohingya) terlihat, terbuka. Kalau (Uighur ini kan tertutup,” kata dia.

Let's block ads! (Why?)


http://bit.ly/2V5ybIz
December 21, 2018 at 08:45PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2V5ybIz
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment