REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menjelang penghujung tahun 2018, pemerintah segera meresmikan Bandara Morowali, Sulawesi Tengah yang sudah selesai dibangun. Direncanakan, persemian dilakukan pada akhir pekan ini oleh Presiden Joko Widodo.
Dirjen Perhubungan Udara, Polana Banguningsih Pramesti mengungkapkan, keberadaan Bandara Morowali sangat diperlukan. Khususnya untuk menunjang konektivitas masyarakat Morowali menuju kota-kota lain yang jaraknya cukup jauh.
“Bandara ini dioperasionalkan untuk membuka konektivitas dari Kabupaten Morowali menuju kota-kota yang lebih besar di sekitarnya seperti Palu, Poso, Kendari dan Makassar,” kata Polana di Jakarta, Jumat (22/12).
Polana mengatakan, fasilitasnya bandara sudah diuji coba dan berfungsi dengan baik. Sementara, dari sisi sumber daya manusia juga telah siap untuk mendukung pengoperasian bandara. Baik dari sisi keselamatan, keamanan, maupun kenyamanan penerbangan.
Ia menuturkan, bandara Morowali mulai dibangun pada tahun 2007 dengan dana APBD oleh inisiatif Pemerintah Daerah Kabupaten Morowali. Sempat terhenti, memasuki 2010 pembangunan kembali dilakukan. Dimulai dari pembangunan landasan pacu, taxiway dan apron serta sisi darat seperti terminal penumpang dan gedung perkantoran.
Bandara Morowali dibangun di atas lahan seluas 158 hektar. Bandara ini mempunyai panjang landasan pacu berukuran 1500 meter x 30 meter, taxiway 192 meter x 18 meter, dan apron 80 meter x 70 meter. Bandara itu, lanjut Polana, juga memiliki gedung terminal seluas 1000 meter persegi dengan kapasitas pelayanan untuk 100 orang.
Di dalam gedung terminal terdapat fasilitas dua gerbang X-Ray, dua unit conveyor belt untuk bagasi penumpang keberangkatan dan kedatangan serta dua unit counter check-in. Selain itu, bandara juga dilengkapi beberapa gedung penunjang lainnya seperti gedung perkantoran dan gedung fasilitas Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran (PKP-PK).
Polana mengatakan, sebelum adanya Bandara Morowali, transportasi masih sebatas menggunakan jalur darat dan laut. Kontur Morowali yang berada di kawasan pegunungan dan bentang alam kapur membuat perjalanan jalan cukul lama.
Sebagai contoh, jika hendak ke Morowali dari Palu, ibu kota Sulawesi Tengah harus ditempuh dalam 12 perjalanan. Dari Makassar, Sulawesi Selatan harus ditempuh dalam waktu 23 jam. Sedangkan dari Kendari, Sulawesi Tenggara memakan waktu sekitar 8-9 jam.
“Bandara menjadi salah satu prasarana transportasi yang menjadi akses yang sangat dibutuhkan untuk mendukung pengembangan potensi wilayah di Kabupaten Morowali”, tutur Polana.
Morowali, kata Polana, memiliki pertambangan nikel terbesar di Asia Tenggara. Oleh sebab itu, seluruh potensi wilayah, termasuk sumber daya manusia dan objek wisata harus dipacu.
Untuk diketahui, Kabupaten Morowali memiliki luas 3037,04 kilometer persegi dengan jumlah penduduk 113.132 jiwa pada tahun 2016. Kabupaten Morowali terdiri dari 9 kecamatan dan 133 desa/kelurahan.
http://bit.ly/2T5MDON
December 22, 2018 at 02:59AM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2T5MDON
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment