Monday, December 3, 2018

Perjuangan Muslimah Australia Menghadapi Islamofobia

Ketika itu ada saja pria Muslim yang menawarkan bantuan mendampingi mereka.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presenter ABC Yassmin Abdel Magied mengaku tidak mendapat izin mendatangi Amerika Serikat, sebagaimana diberitakan sbs.com.au. Visa yang dimiliki dianggap tidak sesuai dengan tujuan kunjungan, meski sebelumnya dia pernah melakukan kunjungan serupa. Negeri Paman Sam kala itu terjangkit Islamofobia, mulai dari warga hingga pemerintahan, sehingga membatasi gerak-gerik Muslim.

Wanita asal Sudan tadi menilai, awal abad ke- 21 adalah petaka bagi Muslim di banyak negara, tak terkecuali Australia. Hanya karena keyakinan, Muslim di sana menjadi sasaran tindakan kejahatan. "Untuk anak-anak migran Muslim ge nerasi kedua di Barat, ini adalah pengalaman hidup yang menyakitkan. Kami bukan milik negara-negara orang tua kami berasal. Sekarang tinggal di pinggiran, sendiri, dan terasing" katanya.

Cerita yang tak berbeda dialami oleh Amne Alrifai. Muslimah kelahiran Sydney ini mengalami kehidupan yang berbeda setelah berpindah ke Canberra. Masyarakat di sana lebih bisa menerima perbedaan. Kehidupan berjalan lebih tenang.

Baca: Tantangan Muslimah di Negeri Kangguru

"Saya tidak harus berurusan dengan rasialisme atau diskriminasi apa pun. Bahkan, terkadang saya lupa telah mengenakan jilbab. Namun, Liverpool akan selalu menjadi rumah, sebagai tempat yang sangat menjengkelkan," ujarnya dilansir di mamamia.com.au.

Media arus utama sering membuat laporan berlebihan tentang kehidupan Muslim: jauh dari kebenaran dan selalu dianggap benar. Ajaran agama selalu dikaitkan dengan terorisme, radikalisme, dan fundamentalisme. Pemberitaan itu semakin memotivasi orang-orang meluapkan kebenciannya kepada umat Islam.

"Saya memahami bahwa ada beberapa liputan media tentang tindakan kekerasan terhadap Muslim ini, tetapi izinkan saya memberi tahu Anda. Hampir semua Muslim yang saya kenal telah dilecehkan dalam beberapa cara atau mengenal seseorang yang dilecehkan. Saya benar-benar berha rap dapat mengatakan ini berlebihan," katanya.

Media sosial dipenuhi gambar rumah dan benda-benda milik Muslim yang dirusak. Tempat ibadah Muslim dikotori dengan hal-hal najis. Area publik menjadi tidak nyaman bagi Muslim setempat. Pusat perbelanjaan lokal dekat tempat orang tuanya tinggal menjadi begitu menakutkan bagi para wanita Muslim. Sebab orang-orang di sana selalu me nunjukkan ketidaksukaan ketika melayani orang Islam.

Ketika itu ada saja pria Muslim yang menawarkan bantuan mendampingi mereka untuk tampil di publik. Mereka melindungi Muslimah yang hendak berbelanja di sana. Meski ada saja pihak yang melecehkan Islam, ada saja warga Canberra yang memahami Islam dengan utuh. Orang seperti ini bersikap lebih bijak sehingga mengakomodasi umat Islam dalam keseharian.

Kehidupan yang mengerikan itu masih terus diingat masyarakat Muslim di Negeri Kanguru, meski kini mereka menjalani keseharian yang lebih baik. Secercah harapan muncul bahwa mereka berharap generasi muda mendatang lebih objektif memandang realitas, tidak terjebak pada pandangan sempit tentang Islam, yang sejak kemunculannya mengajarkan moderasi, kebersamaan, dan menjadi kekuatan perubahan besar.

Let's block ads! (Why?)


https://ift.tt/2BN1SWV
December 03, 2018 at 05:26PM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2BN1SWV
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment