REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH – Organisasi hak asasi nanusia Human Rights Watch (HRW) yang berbasis di Amerika Serikat mendesak Arab Saudi mengizinkan pengamat independen memantau kondisi aktivis hak-hak perempuan yang ditahan pemerintah. Desakan dilakukan sehubungan dengan adanya dugaan bahwa para aktivis tersebut telah disiksa.
Kendati demikian Saudi telah membantah laporan yang diterbitkan HRW dan Amnesty International tentang dugaan penyiksaan terhadap para aktitivis perempuan yang ditahannya. Riyadh menyebut laporan itu palsu.
Namun HRW meragukan bantahan Saudi. Hal itu berkaitan dengan kasus pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi. Pada awalnya Saudi membantah tentang keterlibatan pejabat-pejabatnya dalam pembunuhan tersebut. Namun penyidikan menyingkap hal sebaliknya.
"Kebohongan konsisten Arab Saudi tentang peran pejabat senior dalam pembunuhan Jamal Khashoggi berarti penyangkalan pemerintah bahwa ia menyiksa para aktivis perempuan ini tidak cukup baik," ujar Wakil Direktur HRW untuk Timur Tengah Michael Page, dikutip laman Aljazirah, Jumat (7/12).
HRW mengaku mendapat laporan terbaru dari sumber-sumber pada 28 November yang mengungkap bahwa Pemerintah Saudi telah menyiksa dan melecehkan secara seksual empat aktivis hak perempuan. Penyiksaan termasuk sengatan listrik dan cambukan.
Sumber tersebut mengatakan penyiksaan itu mungkin sedang berlangsung. "Kecuali pemantau independen mampu mengonfirmasi kesejahteraan para aktivis perempuan, ada banyak alasan untuk percaya bahwa pihak berwenang Saudi telah memperlakukan mereka dengan kekejaman yang tak tergambarkan," ujar Page.
Saat ini Saudi dilaporkan menahan setidaknya 11 aktivis perempuan. Empat di antaranya diduga telah disiksa. Mereka ditangkap sekitar bulan Mei, tepat sebelum Saudi mencabut larangan mengemudi bagi kaum perempuan. (Kamran Dikarma)
https://ift.tt/2BXW7Gc
December 08, 2018 at 07:05PM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2BXW7Gc
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment