REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejak awal abad ke-20, Muslim Turki bersumbangsih besar dalam perkembangan Muslim di Eropa. Pada era tersebut, terjadi gelombang imigrasi besar-besaran dari Turki ke negara-negara Eropa. Akibat gejolak politik saat itu, warga negara Turki yang mayoritas Muslim pun memilih angkat kaki dari negeri mereka dan mencari penghidupan di Eropa.
Diperkirakan, imigran asal Turki yang menyebar di berbagai negara Eropa sekitar 5 juta orang. Tiga juta menetap di Eropa Barat, dengan perincian: 2,3 juta tinggal di Jerman, 380 ribu di Belanda dan Prancis, 210 ribu di Inggris, dan 100 ribu berada di Belgia.
Sementara, 2 juta lainnya memilih menjadi warga negara-negara Eropa Timur. Di kawasan ini, terbanyak ada di Bulgaria. Di negara ini, imigran Turki tercatat sebanyak 1,5 jiwa. Selebihnya menyebar di Rumania, Hungaria, Austria, dan Yunani.
Untuk memperkuat basisnya, imigran Turki pada umumnya membentuk komunitas yang sama-sama berasal dari Turki. Tujuannya untuk menjaga solidaritas dan mempertahankan budaya Tanah Air mereka.
Hal inilah barangkali yang membedakan imigran asal Turki dengan imigram dari negara lainnya di Eropa. Sebab, bersama komunitasnya, imigran Turki juga aktif memperkenalkan agama Islam kepada orang-orang Eropa.
Dalam sejarah Islam, Turki adalah salah satu negara yang pernah berada di puncak kejayaan dan membuatnya disegani di seluruh dunia. Masa keemasan itu tercapai pada masa Kesultanan Turki Utsmani, yang sempat menguasai sejumlah wilayah penting di Eropa. Alhasil, pada abad ke-15-16, Islam sangat dihormati di Eropa dan dunia.
Pada masa itu, Kesultanan Turki Utsmani menganut sufisme Islam dengan gerakan tasawuf. Gerakan tasawuf inilah yang hingga saat ini menjaga nilai keislaman di Turki dari cengkeraman sekularisme yang dipelopori oleh Mustafa Kamal Attaturk yang berkuasa pada 1920-an.
Meski memerintah tidak lama, rezim Attaturk mampu mengubah 90 persen kebudayaan Turki yang awalnya kental dengan Islam kemudian terhanyut dengan budaya modern ala Barat atau Eropa.
Namun, para imigran Turki di Eropa tak mau terhanyut oleh sekularisme Attaturk itu. Di perantauan, kekentalan Islam Turki tetap mereka jaga. Tidak hanya untuk mereka pribadi, namun mereka juga mampu mengembangkan aliran yang mereka pegang tersebut kepada masyarakat pribumi Eropa.
https://ift.tt/2zLEVSG
December 07, 2018 at 08:02PM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2zLEVSG
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment