Tuesday, December 4, 2018

Tiga Pesantren Tua di Sumatra

Pesantren adalah pendidikan Islam asli Indonesia berusia ratusan tahun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam asli Indonesia yang umurnya sudah ratusan tahun. Pada zaman Wali Songo, pesantren sudah berdiri dan menjadi tempat menimba ilmu keislaman.

Kedudukan pesantren yang sangat penting membuatnya terus bertahan hingga kini. Masyarakat membutuhkan pesantren sebagai penjaga moral dan pembina akhlak generasi muda saat ini.

Penyebabnya, dekadensi moral akibat arus globalisasi tengah menyerang generasi muda kita. Pesantren menjadi benteng terakhir pertahanan moral generasi muda.

Pesantren tersebar di hampir seluruh pelosok Indonesia, termasuk Sumatra. Di sana, ada beberapa pesantren yang usianya sudah cukup tua, tapi masih eksis hingga saat ini. Mereka mencetak ribuan santri yang siap mengemban amanah membangun masa depan negeri ini ke depan. 

Pesantren Musthafawiyah Purba Baru 

Pesantren ini terletak di Desa Purba Baru, Lembah Sorik Merapi, Mandailing Natal, Sumatra Utara. Ini merupakan salah satu pesantren tertua di Sumatra yang umurnya sekitar satu abad.

Ponpes Musthafawiyah yang lebih dikenal dengan nama Pesantren Purba Baru berdiri pada 12 November 1912. Pendirinya adalah Syekh Musthafa bin Husein bin Umar Nasution Al-Mandaily. 

Pada 1960 dibangun ruang belajar semipermanen. Pada 1962, dibangun ruang belajar yang dibangun dari sumbangan para orang tua santri ditambah tabungan H Abdullah Musthafa Nasution. Bangunan ini diresmikan Jenderal Purnawirawan Abdul Haris Nasution. 

Pondok Pesantren Subulussalam, Sayurmaincat

Lokasi pesantren ini berada di Desa Sayurmaincat, Kecamatan Kotanopan, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatra Utara. Usianya hampir satu abad. Pesantren ini juga berjasa dalam mengusir penjajah Belanda dari bumi Sumatra.

Pada masa kemerdekaan, pesantren ini dijadikan basis perlawanan dengan dijadikan markas Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Pada 1945 saat Proklamasi Kemerdakaan, pesantren kembali dijadikan sebagai markas TKR. 

Pada 1949, pesantren ini kembali dibuka sebagai lembaga pendidikan sekolah H Fahruddin Arjun Lubis. 

Madrasah Sumatra Thawalib Parabek

Pesantren ini merupakan salah satu yang tertua di Sumatra Barat. Satu abad silam (pada 1910), Syaikh Ibrahim Musa mendirikan Majelis Halaqah Ilmiyyah di sebuah desa yang bernama Parabek. Masyarakat sekitar mengenalnya dengan panggilan Inyiak Ibrahim, Inyiak Parabek, atau Inyiak Syiah. 

Setelah satu abad dirintis, halaqah tersebut berubah menjadi sebuah madrasah yang  megah bernama Madrasah Sumatra Thawalib Parabek. Dalam usia 100 tahun, banyak dinamika yang berkembang di pesantren ini. 

Dalam kurun waktu 40 tahun terakhir, sekitar 15 ribu alumni dihasilkan oleh madrasah ini. Di antaranya, Buya Hamka, Adam Malik (mantan wakil presiden), Daud Rasyidi Dt Palimo Kayo (mantan dubes RI di Irak), dan sebagainya. 

Let's block ads! (Why?)


https://ift.tt/2U8lZ9c
December 04, 2018 at 06:08PM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2U8lZ9c
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment