REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Sucipto menjelaskan fluktuasi harga minyak dunia merupakan salah satu faktor pengaruh dari jumlah Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Jika harga minyak dunia sedang tinggi, maka PNBP di sektor migas bisa baik. Sebaliknya, jika harga minyak dunia turun, maka PNBP yang diharapkan tinggi bisa saja tidak tercapai.
Dwi menjelaskan target PNBP sektor migas tahun ini sebesar 17,51 miliar dolar AS. Melihat tren harga minyak dunia yang sedang turun saat ini membuat Dwi khawatir atar PNBP pada tahun ini.
"Belakangan harga minyak turun, ini memang agak mengkhawatirkan," ujar Dwi di Kompleks DPR RI, Kamis (10/1).
Dwi menjelaskan, target yang dipasang tahun ini memang mengacu pada ketetapan ICP yang ditetapkan pemerintah melalui APBN 2019 sebesar 70 dolar per barel. Padahal, harga sedang turun saat ini.
"Kami coba berusaha untuk mengikuti APBN dulu, nanti kami lihat apakah bisa tercapai atau tidak," ujar Dwi.
Fluktuasi harga minyak memang tengah menjadi sorotan dunia. Beberapa lembaga internasional, seperti JP Morgan salah satunya, memprediksi rata-rata harga minyak dunia di 2019 ada di kisaran 55 dolar AS per barel.
Proyeksi ini berdasarkan kecemasan atas melambatnya pertumbuhan ekonomi Cina, dan pasokan minyak AS yang berlimpah. Belum lagi komitmen atas negara-negara eksportir minyak yang tergabung dalam OPEC untuk memangkas produksi mereka sesuai kesepakatan.
OPEC akhirnya memangkas produksi dan sempat menyelamatkan harga minyak dan mendorongnya kembali ke level 60 dolar AS per barel. Namun hari ini rilis BPS Cina kembali memukul balik harga minyak, dan turun ke level 59 dolar AS per barel.
http://bit.ly/2M6nHEE
January 10, 2019 at 03:15PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2M6nHEE
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment