REPUBLIKA.CO.ID, oleh Rahma Sulistya, Muhammad Ikhwanudin, Arif Satrio Nugroho, Ronggo Astungkoro
Kantor Polsek Ciracas dibakar oleh sekelompok massa pada Selasa (11/12) malam sekitar pukul 11.00 WIB. Berdasarkan pantauan Republika, Rabu (12/12) pagi, seluruh pagar depan kantor Polsek ditutup dengan papan triplek.
Saat Republika mendatangi lokasi kejadian, neon box berlogo polisi sudah bolong. Deretan triplek telah disusun untuk menghalangi pihak yang tidak berkepentingan untuk masuk atau sekadar melihat kondisi kantor yang beralamat di Jalan Raya Bogor itu.
Meski demikian, dari celah sempit di antara triplek dapat terlihat bahwa kantor polisi itu benar-benar rusak. Hampir seluruh kacanya pecah, atap hangus terbakar dan belasan mobil yang ditutup terpal, namun tetap terlihat sebagian mobil juga hancur.
Petugas yang ditanyakan soal penutupan tersebut tak bersedia menjawab. Pengamatan Republika berlanjut dari sisi samping kantor polsek. Dari titik itu, semakin jelas terlihat kaca pos jaga polisi sudah tak bersisa.
Pintu masuk juga terlepas dari engselnya. Salah satu polisi melarang awak medis untuk memasuki wilayah kantor.
"Mohon maaf ya, dari luar saja," katanya.
Tidak hanya kantor dan bagian-bagian ruangan kantor polisi yang pecah dan pretel. Segala sesuatu yang bernuansa polisi seperti truk, bus pun pecah-pecah kacanya. Beberapa sepeda motor polisi, teronggok dengan stang yang patah.
Benar saja, di sisi timur persis di sebelah kantor polsek, terdapat satu kantor pemadam kebakaran yang tidak terlihat ada tanda-tanda perusakan. Sayangnya, petugas pemadam di lokasi memilih diam dengan dalih tidak ingin ikut campur meskipun beberapa pemadam kebakaran sempat menjinakkan api yang membakar kantor polsek.
Kantor Polsek Ciracas kini dipasangi garis polisi di sepanjang pagar kantor. Beberapa mobil yang rusak mulai diderek oleh truk bertuliskan Ditlantas Polda Metro Jaya.
"Jangan masuk jangan masuk, ambil gambar dari luar saja," kata salah satu petugas kepada awak media.
Republika coba menghimpun informasi dari warga sekitar Mapolsek Ciracas. Menurut beberapa saksi, sekelompok orang yang menyerang Polsek Ciracas, telah meminta seluruh warung di sekitar polsek ditutup, sebelum melancarkan aksinya.
“Sebelum mereka lakukan penyerangan, seluruh warung di sekitar polsek disuruh tutup. Karena ramai, jadi penjaga warung semua takut akhirnya menutup warung mereka,” ujar salah seorang penjaga warung yang enggan menyebutkan namanya karena khawatir mendapatkan ancaman, saat ditemui Republika di lokasi, Rabu (12/12).
Warung miliknya yang merupakan warung kelontong, juga diminta ditutup oleh massa tersebut, tetapi ia tidak mengetahui pasti apakah massa itu anggota TNI atau bukan. Karena, menurut dia, massa yang menyuruh tutup warungnya itu tidak mengenakan seragam TNI.
“Saya kurang tahu ya itu TNI atau bukan, soalnya pas disuruh tutup, ya saya langsung tutup dan masuk ke dalam, nggak berani coba lihat keluar. Apalagi ada ibu saya, ibu saya lagi sakit, jadi saya lebih baik jagain ibu saya di dalam,” kata dia lagi.
Menurutnya, suasana riuh teriakkan sayup terdengar, namun ia enggan menceritakan lebih jauh karena pada saat kejadian dia benar-benar tidak keluar dari rumahnya. Ia hanya mendengar cerita dari tetangganya yang sesama pemilik warung kelontong, bahwa suasana malam itu benar-benar ramai.
Terkait alasan massa untuk menutup warungnya, dia tidak mengetahui pasti karena massa memang tidak menyebutkan alasannya. “Mungkin (alasan warung disuruh tutup) supaya warung-warung tidak dijarah orang tak bertanggung jawab. Karena kalau rusuh begitu pasti suka ada penjarahan kan,” kata dia lagi.
Banyak warga sekitar yang menolak dimintai keterangan. Mereka mengeluarkan gestur lima jari dan gelengan kepala tanda penolakan.
"Warga takut bang, nggak mau ikut-ikutan," kata salah satu warga.
Informasi tentang kejadian perusakan didapatkan dari salah satu petugas yang sedang berjaga di lokasi, Aiptu Harsono. Ia mengatakan, Kapolsek turut menjadi korban dalam aksi kekerasan tersebut.
"Pak Kapolsek sempat dipukul dibagian dada dan bahu. Sekarang sudah dirawat di RS Polri," kata Harsono.
Di sisi lain, menurut salah satu warga sekitar yang tak ingin disebutkan namanya , Kapolsek mengalami luka parah hingga kesulitan berjalan karena sempat diinjak-injak. "Dia lari ke arah pemukiman warga setelah diinjak-injak di bagian rusuk," katanya.
Saat pengamatan berlanjut, datang dua orang ibu-ibu yang menghampiri sambil memastikan yang ditemuinya adalah wartawan. "Dari media, ya?" tanya salah satunya.
Ternyata, ibu-ibu tersebut merupakan anggota Bhayangkari atau istri polisi yang bertugas di Polsek Ciracas. Salah satu dari mereka adalah istri seorang perwira yang memiliki jabatan penting di kantor Polsek itu.
"Alhamdulillah bapak (suaminya) selamat, saya mampir saja ke sini lihat-lihat. Tapi kok sedih rasanya mau nangis," katanya.
Sekelompok massa yang menyerang Polsek Ciracas pada Selasa malam itu, disebut-sebut ingin melihat secara langsung para pelaku yang telah mengeroyok satu anggota TNI dan satu anggota Paspampres di wilayah Cibubur, Jakarta Timur. Mereka merasa tidak puas lantaran kepolisian dianggap tidak serius menangani kasus pengeroyokkan itu.
Mereka awalnya hanya menanyakan dimana pelaku pengeroyokan itu ditahan, dan sudah dijawab oleh kepolisian bahwa pelaku sedang dalam pengejaran. Tak puas dengan jawaban polisi, mereka langsung beraksi menghancurkan polsek membabi buta.
“Mereka ada yang merusak mobil, ada yang merusak kantor, dan ada tiga anggota yang sakit, dua anggota sudah rawat jalan yang satu masih di rawat di RS Polri Kramat Djati. Yang masih dirawat ini Kapolsek-nya,” kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono di Mapolda Metro Jaya, Rabu (12/12).
Peristiwa pengeroyokan itu sendiri terjadi pada Senin (10/12) pukul 15.40 WIB, antara anggota TNI AL yang berpakaian dinas, dengan salah satu anggota penjaga parkir didepan Arundina, Cibubur, Jakarta Timur. Cekcok diakibatkan saat Kapten Komarudin (anggota TNI AL berpakaian dinas) beserta anaknya, selesai servis motor berencana makan di Warung Soto Kudus samping Indomart Arundina.
Pada saat hendak parkir, anaknya atas nama Saka yang masih duduk di bangku kelas 3 SD, mengatakan kalau knalpot motor ayahnya itu berasap. Kemudian, Kapten Komarudin memeriksa bagian mesin motornya.
Saat memeriksa motor, salah satu tukang parkir menggeser motornya tanpa sepengetahuannya sampai kepala Kapten Komaruddin terbentur motor sehingga menegur tukang parkir tersebut. Namun tukang parkir tidak terima, hingga terjadi cekcok mulut yang kemudian mengundang perhatian teman-teman tukang parkir lainnya, dan mengeroyok Kapten Komarudin.
Pada saat Kapten Komarudin dikeroyok oleh kelompok tukang parkir, jumlahnya sekitar 7-9 orang, kemudian melintas seorang Anggota TNI AD bernama Pratu Rivonanda Kes Dronkavser Paspampres dan langsung melerai. Karena anggota Dronkavser tersebut melihat yang dikeroyok berpakaian dinas loreng.
Alih-alih mencoba melerai, ia justru malah menjadi korban pengeroyokan juga dari kelompok tukang parkir tersebut sampai terjadi perkelahian di antara mereka. Karena melihat jumlah tukang parkir melebihi jumlah mereka, kemudian Pratu Rivo mengamankan Kapten Komarudin beserta anaknya ke Barak Remaja Paspampres KPAD Cibubur, dengan cara dibonceng menggunakan sepeda motor.
Setelah dari barak baru, kemudian mereka keluar lagi dengan mencari para pelaku pengeroyokan ke pemukiman warga lapangan tembak. Pada saat pencarian tersebut, mereka menemukan Agus yang ikut terlibat dalam pengeroyokan dan langsung diamankan ke Polsek Ciracas.
Pada Selasa (11/12) pukul 02.00 WIB, sempat dilaksanakan musyawarah penyelesaian permasalahan secara damai antara pihak pelaku dan keluarga dengan para korban yang dimediasi oleh Kapolsek Ciracas. Namun, rupanya masih ada pihak yang merasa kurang puas, lantaran diduga masih ada pelaku pengeroyokan yang tidak ditahan polisi.
Baca juga
Tim gabungan
Kepolisian membentuk tim gabungan untuk melakukan penyelidikan aksi penggerudukan dan pembakaran Mapolsek Ciracas, Jakarta Timur. Tim tersebut terdiri dari jajaran Polda Metro Jaya dan Polres Jakarta Timur.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo menyebut, saat ini tim tersebut sedang bekerja untuk mendalami aksi penyerangan tersebut. "Penanganannya oleh Polda Metro telah dibentuk tim, tim gabungan dari Ditkrimum Polda Metro dan Polres Jaktim untuk menyelidiki kasus dugaan penyerangan terhadap mapolsek tersebut (Ciracas)," kata Dedi di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (12/12).
Dedi belum memastikan apakah pelaku penyerangan tersebut adalah personel TNI atau masyarakat. Namun, ia mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk tetap tenang dan menjalani aktivitas seperti sediakala setelah adanya insiden tersebut.
"Imbauan kepada seluruh masyarakat untuk tetap tenang bahwa kasus tersebut telah ditangani kepolisian secara progesional dan situasi jakarta," tutur Dedi.
Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) Jaya, Kolonel Inf Kristomei Sianturi memastikan, pihaknya akan melakukan tindakan apabila ada prajurit Kodam Jaya yang terlibat dalam kejadian perusakan Mapolsek Ciracas, Jakarta Timur. Penindakan tersebut akan dilakukan sesuai dengan aturan dan perundang-undangan yang berlaku.
"Saya sudah terima arahan dari bapak Pangdam, dan bila memang ada anggota Kodam Jaya yang terlibat pasti akan kita proses sesuai aturan dan hukum yang berlaku", ujar Kristomei saat dikonfirmasi, Rabu (12/12).
Kristomei menuturkan, Kodam Jaya tetap menghormati proses penyelidikan yang sedang dilakukan saat ini. Ia pun mengimbau agar semua pihak dapat menahan diri hingga permasalahan dapat teratasi dengan menemukan akar persoalannya.
"Kami meminta siapa pun tidak cepat menarik kesimpulan bahwa sekelompok orang yang menyerang Mapolsek Ciracas adalah anggota TNI," katanya
[videografis] Mengungkap Perusakan Polsek Ciracas
https://ift.tt/2SHgInK
December 12, 2018 at 08:03PM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2SHgInK
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment