IHRAM.CO.ID,
IHRAM.CO.ID, REPUBLIKA -- Pemerintah melalui Kementerian Agama mesti segera merespons keluhan-keluhan jamaah dengan meminta Pemerintah Saudi untuk menunda secepatnya perekaman biometrik sebagai syarat mendapatkan visa. Perekaman biometrik perlu ditunda, selain tidak sesuai dengan jamaah di daerah juga sistem kerja VFS Tasheel dinilai belum baik sehingga menambah kesulitan jamaah yang melakukan perekaman.
Irma Romi Anto pemilik travel PT Mayasa Wisata Mulya Riau mengatakan, tidak membayangkan berapa waktu, tenaga dan biaya tambahan yang perlu dikeluarkan oleh setiap jamaah untuk mendapat visa biometrik. “Tidak terbayangkan kalau semua jamaah saya dari 101 harus ke VFS, berapa biaya dan tenaga yang harus disiapkan dengan geografis Indonesia yang seperti ini,” kata Irma Romi Anto saat berbincang Republika.co.id akhir pekan ini.
Irma Romi memiliki 101 jamaah yang akan diberangkatkan pada 29 Desember 2018 mendatang. Dari 101 jamaah itu, ada dua jamaah yang belum mendapatkan visa biometrik.
Kedua jamaah tersebut harus menempuh dua hari waktu perjalanan dari Pulau Burung Indragiri Hilir untuk sampai ke PKU, nama kota di Pekanbaru tempat di mana prekaman dilakukan. Dai mengkhawatirkan kondisi kedua calon jamaah yang sudah tidak muda lagi ini untuk menempuh jarak hingga dua hari perjalanan. “Jamaah sudah tua, tidak mungkin bisa kembali lagi ke kampung halamannya di Pulau Burung, Indragiri Hilir,” katanya.
Dua orang dari 101 jamaah yang berangkat 29 Desember itu harus melakukan rekaman biometrik. “Karena paspor lama keluar dari Imgirasi. Jadi terpaksa menyusul dan kena aturan VFS ini,” ujarnya.
Dengan perjalan dua hari itu, Irma Romi menjelaskan, keduanya harus mengeluarkan biaya tambahan untuk membayar biaya penginapan di hotel selama sembilan hari. Belum lagi untuk membayar biaya VFS Tasheel. “Coba berapa biaya hotel yang harus disiapkan jamaah hanya demi yang katanya untuk menghindari antre di Imigrasi Saudi,” katanya.
Berita Terkait
Irma Romi menambahkan, dua orang itu belum termasuk jamaahnya yang datang dari Papua. Jamaah ini juga harus melakukan perekaman biometrik. “Jamaah saya dari Papua terpaksa harus berankat ke Surabaya karena di Papua tidak ada,” katanya.
Dia mengatakan saat ini sedang menunggu dua orang dari Pulau Burung Indragiri Hilir yang akan melaksanakan rekaman biometrik. Jalur lintas timur Sumatra selama ditempuh selama delapan jam. Namun, Irma Romi mengabarkan, saat ini tidak bisa ditempuh karena banjir. Sehingga harus memutar jalan dan ditempuh selama 20 jam. “Semoga keduanya bisa sampai tepat waktu,” katanya.
http://bit.ly/2rSUDa4
December 22, 2018 at 09:17PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2rSUDa4
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment