Thursday, December 20, 2018

Potret-Potret Mengagumkan Penghormatan terhadap Sang Ibu

Ibu adalah sosok yang paling pantas mendapatkan penghormatan selain ayah.

REPUBLIKA.CO.ID, Seorang ibu mengandung anak dengan segala kelelahan dan risiko yang ada. Bersusah payah melahirkan lalu membesarkannya. Karena itu, Allah SWT memerintahkan agar manusia mengingat pengorbanan tersebut.”Ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula).” (QS. al-Ahqaaf [46]:15). 

Bagi generasi salaf, penghormatan atas jerih payah mereka tekankan. Mereka menempuh bermacam cara untuk menunjukkan bakti terhadap ibundanya. Muhammad bin al-Munakkar misalnya. Ia sengaja meletakkan kedua pipinya di tanah. Hal ini bertujuan agar dijadikan sebagai pijakan melangkah ibunya. 

Ali bin al-Husain, tak ingin makan satu meja dengan ibundanya. Alasannya? Ia takut bila merebut menu yang diinginkan ibunya. Usamah, pernah memanjat pohon kurma lalu mengupasnya dan menyuapi ibunya. Kenapa ia melakukan hal itu? Ia menjawab,” Ibuku memintanya. Apapun yang ia minta dan saya mampu, pasti aku penuhi.” 

Begitulah perhatian salaf terhadap ibu mereka. Aisyah bahkan pernah bertutur, ada dua nama yang ia nilai paling berbakti kepada sosok ibu, yaitu Usman bin Affan dan Haritsah bin an-Nu’man. 

Nama yang pertama tak pernah menunda-nunda perintah ibundanya. Sedangkan yang kedua, rajin membasuh kepala sang ibu, menyuapinya, dan tidak banyak bertanya saat ibundanya memerintahkan suatu hal.       

Menurut Syekh Muhammad bin Ali Asa’awy dalam artikelnya yang berjudul al-Ihsan ila al-Umm, pengabdian dan bakti kepada kedua orang tua terutama ibu, wajib hukumnya. Ini merujuk pada surah al-Isra’ ayat 23-24. Tingkat kewajiban berbuat baik ihsan kepada ibu itu bertambah kuat saat anak-anaknya dewasa. 

Ia menjelaskan, bentuk ihsan kepada ibu bervariasi. Di level pertama ialah menjauhkan segala perkara buruk darinya, memberikan hal positif, berinteraksi dengan pekerti yang luhur dan etika kesopanan, peka terhadap perkara yang ia suka dan tidak, berdoa untuknya, dan segala ihsan yang dilakukan bertujuan untuk menggapai ridanya. 

Berbakti dan berihsan kepada ibu adalah kunci dikabulkannya doa. Pengbadian kepada sosok ibu, juga dikategorikan sebagai sebab masuk surga. Ini seperti tertuang dalam kisah Uwais. Tabiin tersebut adalah orang yang beruntung. 

Rasulullah SAW menyebut bahwa siapapun yang melihat Uwais maka hendaknya  meminta doa ampunan kepadanya. Ini lantaran dirinya terkenal taat dan berbakti pada sang ibunda. Ini mendorong Umar bin Khatab mencari keberadaan Uwais. Kisah pencarian Umar itu seperti tertuang di riwayat Muslim. 

Syekh Asa’awy menjelaskan bila pengabdian yang penuh kepada ibu bisa mengantarkan seorang anak ke surga. Hal ini sebagaimana terjadi pada Haritsah bin an-Nu’man. Dalam riwayat Ahmad disebutkan, Haritsah masuk surga berkat ihsan yang ia tujukan kepada ibunda. Dan, Haritsah adalah sosok paling berbakti untuk ibu. 

Sebaliknya, mereka yang durhaka kepada kedua orang tua, terkhusus ibu, akan mendapatkan ganjaran setimpal. Sangsi yang akan ia terima bukan hanya di akhirat. Akan tetapi, ia akan menerima akibat ulahnya itu di dunia. 

 Seperti ditegaskan dalam riwayat Muslim. Setiap perbuatan dosa, Allah akan menunda siksaannya kapanpun Ia berkehendak hingga kiamat. Kecuali durhaka kepada kedua orang tua. Allah akan mempercepat siksa bagi pelakunya di kehidupan dunia, sebelum mati. Ini mengingat durhaka—sebagaimana riwayat Bukhari—termasuk pelanggaran berat, dosa besar. Imam Syafii pernah bertutur dalam syairnya:”Tunduk dan carilah rida ibumu, karena mendurhakainya termasuk dosa besar.”

Let's block ads! (Why?)


https://ift.tt/2PSsedS
December 20, 2018 at 11:41PM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2PSsedS
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment