REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Tingkat kunjungan wisatawan di Sumatra Barat belum menunjukkan peningkatan signifikan meski saat ini sudah masuk periode libur Natal dan tahun baru (Nataru). Asosiasi Biro Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Sumatra Barat memprediksi lesunya kunjungan wisata disebabkan banyaknya bencana alam yang terjadi wilayah ini dalam satu bulan terakhir, ditambah sejumlah bencana alam skala besar yang terjadi di Indonesia belakangan ini.
Di Sumbar, sejumlah bencana longsor sempat memutus jalur-jalur utama yang menghubungkan Kota Padang menuju kota penting lainnya seperti Bukittinggi, Solok, dan Payakumbuh. Kejadian ini membuat calon pelancong berpikir ulang untuk menghabiskan libur akhir tahun di Sumatra Barat.
Belum lagi, kejadian banjir yang sempat melanda Kota Padang dan daerah lain di Sumbar dalam sebulan terakhir. Sementara di level nasional, bencana alam berupa tsunami di Selat Sunda juga membuat wisatawan memilih mengatur ulang rencana perjalanannya.
Ketua Asita Sumatra Barat Ian Hanafiah memprediksi tingkat kunjungan wisatawan ke Sumbar pada libur akhir tahun 2018 ini bakal lebih rendah ketimbang capaian tahun 2017 lalu. Meski belum memiliki data yang valid, Ia melihat dari laporan hotel-hotel di Sumatra Barat secara umum belum menunjukkan adanya peningkatan pesanan kamar sepanjang libur akhir tahun secara signifikan.
Para pemilik agen tur dan travel di Sumbar juga menyebutkan belum ada penambahan kunjungan secara drastis. Padahal, ujarnya, libur akhir tahun merupakan momentum bagi industri pariwisata untuk meraup untung besar.
"Pariwisata di Sumatera Barat ini sebenarnya bagus, dan promosikan yang dilakukan juga bagus. Tapi dikarenakan adanya faktor alam seperti bencana, membuat para wisatawan berpikir panjang untuk datang ke Sumatera Barat," kata Ian, Rabu (26/12).
Ian menambahkan, putusnya jalur utama Padang-Bukittinggi pada awal Desember 2018 ini juga menyumbang penurunan tingkat kunjungan wisata. Meski jembatan panel dari kerangka baja sudah didirikan, namun kemacetan tetap terjadi di jalur Padang-Bukittinggi, khususnya di kawasan Kayu Tanam. Wisatawan, kata Ian, enggan menghabiskan libur akhir tahun hanya untuk bermacet-macet di jalanan.
Tak hanya itu, banyaknya bencana skala nasional yang terjadi di negeri ini juga membuat wisatawan secara umum mengurunkan niatnya untuk berlibur ke tempat-tempat yang jauh. Sumbar yang memang sering dilanda bencana alam pun, semakin sepi dari kunjungan wisata.
"Kalau pantai apalagi, dengan adanya kejadian tsunami di Selat Sunda itu, turut mempengaruhi wisatawan untuk mengurungkan niatnya datang ke Sumatera Barat," katanya.
Sumbar sendiri merupakan magnet bagi wisatawan domestik yang berasal dari Riau, Jambi, dan Bengkulu. Sementara untuk wisatawang asing, turis Malaysia merupakan penyumbang angka kunjungan wisata terbanyak.
Catatan Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Sumatra Barat melalui Bandara Internasional Minangkabau (BIM) bulan Oktober 2018 mencapai 4.050 orang, mengalami penurunan 20,49 persen dibanding wisman September 2018 yang tercatat sebanyak 5.094 orang.
"Nah wisatawan dari Riau, Jambi, dan Bengkulu juga sepertinya tidak seramai tahun lalu. BMKG juga mengingatkan potensi gelombang laut tinggi yang yang terjadi di pengujung tahun ini. Jadi kita dari agen travel yang ada di ASITA harus memahami kondisi yang demikian," kata Ian.
http://bit.ly/2BGS13T
December 26, 2018 at 06:12PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2BGS13T
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment