Saturday, December 15, 2018

Ini Dampak Buruk Pelihara Hewan di Belakang Rumah

Risiko penyebaran penyakit dari hewan ke manusia juga bisa dialami

Para pakar penyakit menular di Australia mengatakan semakin meningkatnya kebiasaan warga memelihara ternak di belakang rumah. Hal ini berpotensi menjadi bom waktu penyebaran wabah penyakit.

Direktur penelitian lembaga penelitian utama di Australia CSIRO untuk Kesehatan dan Biosecurity Paul De Barro mengatakan ada risiko yang semakin besar bahwa ayam, babi atau kambing yang dipelihara bisa menjadi pembawa wabah penyakit yang mematikan manusia.

Hewan peliharaan, khususnya di pinggiran kota dan kota, terpapar hewan liar, seperti kelelawar, yang membawa penyakit seperti virus Hendra atau Nipah. "Ketika populasi urban menyebar, mereka pindah ke area hutan, area alami dan karena itu kita semakin dekat dekat dengan hewan liar," katanya kepada ABC.

Perubahan iklim juga dianggap sebagai sebuah faktor pemicu, di mana hewan-hewan telah mengubah perilaku mereka. Ini misalnya kelelawar terbang yang menjadi semakin sering dijumpai di perkotaan --50 tahun yang lalu-- hal itu tidak dijumpai.

"Ketika kita mendapatkan perubahan ini, resiko dari kemungkinan penyebaran dari hewan ke manusia semakin meningkat."

Dr de Barro mengatakan risiko penyebaran penyakit dari hewan ke manusia juga bisa dialami mereka yang tinggal di perkotaan. Dikatakannya, misalnya ada wabah flu burung, pihak berwenang di Australia tidak akan tahu siapa yang memiliki ayam atau di mana, karena tidaknya pendaftaran kepemilikan hewan di sini.

Sehingga usaha membendung wabah penyakit itu tidak mungkin terjadi. "Yang tidak kita ketahui adalah kapan mereka akan terjadi, kita tidak tahu frekuensinya dan kita bahkan tidak tahu skala atau konsekuensinya," katanya.

Menurut Dr de Barro, para ilmuwan juga sampai sekarang belum memahami bagaimana sebuah penyakit bisa berpindah dari hewan liar ke hewan peliharaan. Kemudian penyakit itu menular ke manusia.

Survei nasional terhadap satwa liar yang terus berlangsung dan penyakit yang mereka bawa sangat penting untuk mengurangi risiko. Dr de Barro mengakui wabah jarang terjadi di Australia, tetapi dia memperingatkan bahwa peluang hal itu terjadi ada di sekitar kita.

"Di sebelah utara kita adalah 'wilayah panas' Asia, yaitu Asia Tenggara di mana sering terjadi penyebaran wabah penyakit karena ada warga hidup berdampingan dengan babi dan unggas dan hewan liar lainnya," katanya.

Simak beritanya dalam Bahasa Inggris disini.

Let's block ads! (Why?)


https://ift.tt/2LiwqDe
December 15, 2018 at 09:40PM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2LiwqDe
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment