REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG – Meski sektor perkebunan menyumbangkan pendapatan negara yang besar, tetapi produktivitasnya dinilai masih belum maksimal. Para pemangku kepentingan perkebunan diharapkan terus menggenjot produktivitasnya.
Menurut Direktur Jenderal Perkebunan, Bambang, perkebunan, dalam perjalanannya selalu memberikan peran dan kontribusi yang signifikan bagi bangsa dan masyarakat Indonesia. Baik sebagai komoditi yang memiliki nilai ekonomis dalam menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri dan bio energi, maupun sebagai komoditas yang mampu memelihara dan memperbaiki fungsi lingkungan dan fungsi sosial.
Yaitu, sebagai perekat dan pemersatu bangsa. Selain itu komoditas perkebunan berperan dalam penyedia lapangan pekerjaan dengan keterlibatan 22,69 juta jiwa tenaga kerja dan pekebun.
Jika dilihat dari sumbangan terhadap PDB pertanian, komoditas perkebunan berkontribusi sebesar 34 persen atau senilai Rp 471,31 triliun dan angka ini lebih besar dari kontribusi minyak dan gas terhadap PDB Nasional yang hanya sebesar Rp 390,48 triliun rupiah pada 2017.
"Bahkan sampai dengan triwulan II 2018, kontribusi perkebunan kepada PDB mencapai Rp 384,22 triliun, jauh lebih besar dari PDB minyak dan gas bumi yang hanya mencapai Rp 264,46 triliun,” kata Bambang pada peringatan Hari Perkebunan ke-61 di Gedung Sate, Kota Bandung, Jawa Barat, Sabtu (8/12).
Karena itu, Bambang mengucapkan terima kasih kepada para pemangku kepentingan sektor perkebunan yang sudah mengawal perkebunan dengan sangat baik. Terutama, di tengah sulitnya perekonomian dunia.
Namun, Bambang mengingatkan, di tengah hari suka cita para pemangku sektor perkebunan, baik dari petani, pengusaha, hingga pemerintah di Hari Perkebunan, tetap harus ada evaluasi dan introspeksi. Karena, produktivitas di sektor perkebunan masih belum sempurna.
“Perkebunan Indonesia memiliki potensi yang sangat besar. Tetapi, kita belum mampu mengantarkan yang optimal dari sisi produktivitas. Produktivitas masih rendah dan ini menjadi tantangan bagi kita semua,” kata Bambang.
Contohnya, lanjut Bambang, untuk komoditas kakao. Rata-rata pencapaiannya hanya 500-600 kilogram per hektarenya. Namun, jika kita bisa mengawal dengan teknologi dan ilmu, maka bukan tidak mungkin hasil 3-4 ton per hektarenya bisa dicapai.
Begitu pula dengan komoditas kelapa sawit. Produktivitasnya untuk saat ini baru 2 ton per hektarenya. Padahal, jika dilihat dari potensi benihnya sudah mencapai 10-12 ton per hektarenya. “Setidaknya kalau kita optimalkan lagi, produksinya bisa ditambah tanpa harus menambah area,” kata Bambang.
Sementara, Ketua Panita Hari Perkebunan ke-61 Dedi Djunaedi mengatakan, Hari Perkebunan ke-61 akan diisi dengan kegiatan pameran yang dilaksanakan selama tiga hari di Gedung Sate, Bandung. Acara ini merupakan hasil kerjasama Direktorat Jenderal Perkebunan dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Acara akan menghadirkan produk - produk unggulan perkebunan daerah, alat dan mesin pertanian, hasil riset dan teknologi. Terdapat 103 booth dengan jumlah 95 peserta yang terdiri dari 33 SKPD provinsi yang membidangi perkebunan, Kementerian Pertanian, asosiasi, dewan komoditas, perusahaan swasta, yayasan dan pemangku kepentingan terkait perkebunan lainnya.
“Rangkaian peringatan Hari Perkebunan ke-61 juga diisi dengan kegiatan workshop Dewan Komoditi Perkebunan yang membahas isu strategis terkini pembangunan perkebunan,” kata Dedi.
Kegiatan workshop diisi oleh Gabungan Perusahaan Perkebunan Indonesia, Dewan Kelapa Indonesia, Dewan Kakao Indonesia, Dewan Teh Indonesia, Dewan Rempah Indonesia, Dewan Karet, Dewan Kopi Indonesia dan Dewan Atsiri Indonesia. Adapun narasumbernya yaitu berasal dari kementerian dan lembaga terkait, Dewan Komoditas Perkebunan Indonesia, praktisi perkebunan dan pemangku kepentingan terkait.
https://ift.tt/2SxWDA7
December 08, 2018 at 03:28PM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2SxWDA7
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment