REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Keberadaan Pondok Pesantren (Ponpes) Mahasiswa Bina Tauhid Universitas Djuanda Bogor (Unida) bertujuan untuk membentuk mahasiwa menjadi role model kader dakwah. Pengadaan pesantren tersebut berkenaan dengan visi dan misi universitas Djuanda (UNIDA) untuk jadikan UNIDA sebagai kampus research yang menyatu dengan tauhid dan diakui di dunia.
Kepala Bidang Keasramaan Universitas Djuanda Bogor, Arif Irawan, mengungkap, awal keberadaan pesantren ini terinspirasi dari beasiswa Pendidikan Kader Pertanian (PKP) yang diberikan kepada mahasiswa fakultas pertanian. Menurutnya, mahasiswa PKP yang mendapatkan beasiswa ini dimasukkan ke dalam asrama. Namun, pihak yayasan mempunyai ide untuk pengembangan beasiswa tersebut.
Pengembangan yang dimaksud yakni pengembangan beasiswa dari yang sebelumnya untuk Pendidikan Kader Pertanian (PKP), berkembang menjadi Pendidikan Kader Dakwah (PKD). Maka pada tahun 2011, dinyatakan secara resmi keberadaan Pondok Pesantren Mahasiswa Bina Tauhid yang terletak di dalam lingkungan Universitas Djuanda.
Menurut Arif, santri mahasiswa yang tinggal di pondok pesantren tersebut, nantinya akan dibina ahlak dan adabnya. Arif juga mengatakan, mahasiswa yang masih menjadi santri mahasiswa maupun yang sudah menjadi alumni Pesantren mahasiswa Bina Tauhid, akan terus membawa misi tauhidnya dimana saja mereka berada.
“Kalaupun dia masih menjadi mahasiswa, dia akan mengajak teman- teman di kampus yang bukan santri untuk bisa salat berjamaah, mengajari membaca Alquran, mengajari ilmu fikih kepada mereka yang memang belum tahu,” ungkapnya saat diemui Republika.co.id di kantornya.
Arif mengatakan, terdapat keunikan santri mahasiswa yakni mereka suka membuat kegiatan- kegiatan yang menyangkut keagaaman untuk dipertunjukkan kepada civitas akademika Universitas Djuanda. Santri mahasiswa yang tinggal di pondok pesantren tersebut akan mendapat pembelajaran di malam dan pagi harinya seperti pada pesantren umumnya.
Beasiswa PKD
Arif juga menyampaikan, mahasiswa yang tinggal di pesantren tersebut terdiri dari mahasiswa yang mendapat beasiswa PKD dan sebagian mahasiswa yang mendapat beasiswa bidik misi dari pemerintah. “Bahkan saat ini Pesantren Mahasiswa Bina Tauhid sudah dibuka bagi mahasiswa regular yang bukan dari jalur beasiswa,” ucap pria asal kelahiran Trenggalek, Jawa Timur.
Diketahui, secara terpisah Pondok Pesantren Mahasiswa Bina Tauhid membina 54 santri mahasiswa putra dan 120 santri mahasiswa putri. Sedangkan pengakuan Arif, terdapat kuota untuk santri mahasiswa putra sebanyak 200 orang dan untuk santri mahasiwa putri sebanyak 300 orang.
Arif yang juga tamatan dari Institut Arab Riset And Studies (IARS) ini menyampaikan berpesan, dalam berkehidupan ini santri mahasiswa maupun mahasiswa UNIDA lainnya jangan sekedar menghapal Alquran saja. Tapi bisa memahami dan mengamalkan isi kandungan ayat yang ada dalam Alquran.
http://bit.ly/2Sm9UvO
December 28, 2018 at 04:41PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2Sm9UvO
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment