REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Korea Utara (Korut) mendesak penyelidikan atas serangan di kedutaan besarnya di Madrid, Spanyol bulan lalu. Korut mengatakan, serangan tersebut merupakan serangan teroris dari tindakan pemerasan yang melanggar hukum internasional.
Serangan tersebut terjadi menjelang konferensi tingkat tinggi (KTT) kedua antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan pemimpin tertinggi Korut Kim Jong-un di Hanoi akhir Februari lalu. Korut menyebut kelompok misterius atau organisasi pembangkang yang menyerukan penggulingan rezim Korut bertanggung jawab atas serangan itu.
Media resmi Korut mengutip juru bicara Kementerian Luar Negeri mengatakan, intrusi ilegal ke dalam dan pendudukan diplomatik serta tindakan pemerasan merupakan pelanggaran berat terhadap kedaulatan negara. "Hal tersebut termasuk pelanggaran yang sangat terlihat dalam hukum internasional, dan tindakan seperti ini sebaiknya tidak pernah ditoleransi," kata pernyataan Kementerian Luar Negeri Korut dilansir Sky News, Ahad (31/3).
Kemenlu Korut mengatakan, kelompok bersenjata yang tidak diketahui identitasnya tersebut telah menyiksa staf kedutaan Korut di Madrid serta mencuri peralatan komunikasi. Dilansir di Strait Times, Rabu lalu, pengadilan Spanyol menunjuk warga Meksiko Adrian Hong Chang sebagai pemimpin kelompok yang menghubungi FBI di New York lima hari setelah penyerangan. Dia memiliki informasi terkait insiden kedutaan. Menurut hakim investigasi Jose de la Mata, dua penyerang membawa atase komersial kedutaan ke ruang bawah tanah dan mendesaknya untuk membelot, namun ia tolak.
Spekulasi mengenai identitas dan motif para penyerang telah membuat risau media sejak penyerbuan yang suram itu. Beberapa laporan media menunjukkan hubungan dengan Badan Intelijen Pusat AS dan FBI. Beberapa jam setelah pernyataan pengadilan, Pertahanan Sipil Cheollima atau yang dikenal sebuah kelompok pembangkang yang diyakini termasuk pembelot tingkat tinggi Korut mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.
Pertahanan Sipil Cheollima telah mengidentifikasi dirinya sebagai kelompok pembelot di seluruh dunia meski masih belum jelas siapa yang berada di belakang organisasi bayangan tersebut. Beberapa pihak berspekulasi pembelot memiliki hubungan dengan agen mata-mata Korea Selatan.
https://ift.tt/2YDHmkV
March 31, 2019 at 02:40PM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2YDHmkV
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment