REPUBLIKA.CO.ID,PARIS -- Ribuan pengunjuk rasa rompi kuning menggelar demonstrasi pekan ke-20. Tapi jumlah pengunjuk rasa ini semakin menurun dan bentrokan dengan polisi terjadi sporadis di beberapa wilayah.
Pada Ahad (31/3) vandalisme dan bentrokan dengan polisi membuat lebih dari 100 orang ditahan. Tapi unjuk rasa berjalan cukup damai di beberapa kota seperti Paris, Avignon, Toulouse dan Bordeaux di mana ada pengunjuk rasa memecahkan jendela bank sebelum didorong mundur.
Demontrasi ini dinamai berdasarkan rompi lalu lintas yang dipakai demonstran dimulai pada bulan November lalu. Unjuk rasa ini awalnya dipicu amarah rakyat Prancis atas kenaikan pajak bahan bakar.
Gerakan ini terus meluas menentang pemerintahan Presiden Emmanuel Macron. Walaupun Macron membatalkan kenaikan pajak dan melakukan beberapa langkah tergesa-gesa lainnya yang senilai 10 miliar dolar AS untuk mendorong daya beli masyarakat kurang makmur.
Pemerintah memperkirakan hanya sebanyak 33.400 orang terlibat dalam unjuk rasa ke-20 di seluruh Prancis. Pekan lalu mencapai 40.5000 orang. Pada pertengahan November mencapai 300 ribu orang yang melakukan unjuk rasa di berbagai kota di Prancis.
Pihak berwenang sudah memberi saran kepada pemilik toko yang berada dititik-titik kerusuhan untuk tutup. Pemerintah Prancis juga sudah melarang unjuk rasa di gelar di Champs Elysees karena khawatir terjadi kerusuhan besar-besaran seperti dua pekan yang lalu.
https://ift.tt/2uC9rM0
March 31, 2019 at 02:31PM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2uC9rM0
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment