REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Menteri Luar Negeri Venezuela Jorge Arreaza mengatakan bahwa tindakan yang diambil Amerika Serikat (AS) terhadap negaranya tak akan membuahkan hasil apa pun. Alih-alih terus mencoba menumbangkan pemerintahan Nicolas Maduro, dia memperingatkan bahwa sudah saatnya kembali ke jalur dialog.
“Mereka (AS) mengambil serangkaian tindakan yang akan menemui kegagalan, seperti upaya untuk menunjuk presiden palsu di negara lain, percobaan kudeta di Venezuela, dan usaha untuk mempengaruhi angkatan bersenjata Bolivarian,” kata Arreaza dalam konferensi pers bersama seusai bertemu Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov di Moskow, Ahad (5/5), dilaporkan laman kantor berita Rusia TASS.
Dia pun meminta Lavrov menyampaikan kepada Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo bahwa sekarang sudah tiba waktunya untuk kembali ke jalur dialog. Lavrov dan Pompeo memang dijadwalkan melakukan pertemuan di Finlandia pada Senin (6/5). “Kita pada titik ketika kita harus kembali ke dialog, menghormati hukum internasional, dan prinsip-prinsip hubungan bilateral,” kata Arreaza.
Selama bertemu Lavrov, Arreaza membahas tentang situasi politik terkini di Venezuela, termasuk upaya kudeta terhadap Maduro oleh oposisi. Mereka pun mendiskusikan tentang prospek penyelesaian politik di Caracas.
Selain itu, Lavrov dan Arreaza turut membicarakan tentang peningkatan kerja sama bilateral. Hal itu termasuk memperluas kemitraan komprehensif Venezuela-Rusia di kancah internasional.
Pada 30 April dan 1 Mei lalu, ribuan massa atau simpatisan oposisi menggelar aksi demonstrasi di Caracas. Mereka menyerukan pelengseran Presiden Venezuela Nicolas Maduro. Aksi itu digerakkan oleh pemimpin oposisi Juan Guaido.
Demonstrasi yang kembali merebak sempat membuat situasi di Venezuela memanas lagi. Para demonstran terlibat bentrok dengan pasukan pemerintah. Sekitar 100 orang dilaporkan mengalami luka-luka dalam kejadian tersebut.
Maduro menuduh bahwa aksi itu adalah percobaan kudeta oleh oposisi yang didukung AS. Ia pun menegaskan bahwa upaya kudeta tersebut berhasil digagalkan. Maduro pun sesumbar bahwa dirinya tak akan bisa dilengserkan.
Guaido diketahui telah mendeklarasikan dirinya sendiri sebagai presiden sementara Venezuela pada Januari lalu. Hal itu dia lakukan setelah rakyat Venezuela menggelar demonstrasi dan menuntut Maduro mundur dari jabatannya.
Dukungan dunia internasional pun terpecah kepada dua tokoh tersebut. AS, Israel, Australia, dan mayoritas negara anggota Uni Eropa membela kepemimpinan Guaido di Venezuela. Sedangkan, Maduro memperoleh dukungan dari beberapa negara, antara lain Rusia, Cina, Turki, dan Kuba.
http://bit.ly/2DUCVtw
May 06, 2019 at 03:17PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2DUCVtw
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment