REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktivis lingkungan Siska Nirmala meminta masyarakat mampu mengendalikan produksi sampah terutama pada saat musim liburan. "Perencanaan adalah kunci utama, mau ke mana, transportasi apa dan menginap dimana. Paling utama harus membawa bekal botol minum sendiri, bekal camilan yang tidak berkemasan plastik, dan wadah makanan kosong untuk jajan dadakan," ujar Siska di Jakarta, Sabtu (15/12).
Menurut Siska yang paling utama adalah menghindari peralatan makan sekali pakai yang banyak disediakan di tempat wisata. Selain itu, wisatawan harus menghindari penggunaan tisu. Untuk itu, wisatawan hendaknya membawa sapu tangan secukupnya.
"Pilih tempat menginap yang ramah lingkungan. Jangan pakai fasilitas tempat menginap yang menghasilkan sampah seperti peralatan mandi," kata dia.
Untuk pilihan kuliner, pilihlah tempat makan yang ramah lingkungan dan hindari alat-alat makanan sekali pakai. "Makan secukupnya jangan berlebihan (karena sampah makanan juga menyumbang beban sampah di tempat wisata). Kalau tidak habis, bawa makanan yang tersisa dengan menggunakan wadah yang kita bawa," ujar dia.
Ketua Satuan Gugus Tugas Gerakan Nasional Revolusi Mental Gerakan Indonesia Bersih, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Pamuji Lestari, mengatakan saat ini Indonesia masih disorot sebagai salah satu penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia. "Kami yakin target ini akan tercapai jika semua warga negara ikut serta dalam program pengurangan sampah plastik dengan aksi 3R, yakni yakni Reduce (mengurangi Sampah) Reuse (pemanfaatan ulang) dan Recycle (daur ulang), " kata Pamuji.
Data dari Asosiasi Industri Plastik Indonesia (INAPLAS) dan Badan Pusat Statistik (BPS), sampah plastik di Indonesia mencapai 64 juta ton per tahun. Jumlah sampah plastik itu semakin bertambah ketika musim liburan.
https://ift.tt/2En74m1
December 15, 2018 at 04:22PM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2En74m1
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment