REPUBLIKA.CO.ID, BANDA NEIRA -- Selain memiliki puluhan hektare kebun pala, para petani pala di Banda Neira, Kabupaten Maluku Tengah, juga mengembangkan agrowisata di perkebunan mereka. Meskipun, pengembangannya masih diliputi sejumlah keterbatasan.
Sahirun Ishak, ketua Kelompok Tani Mekar Indah, Dusun Mangko Batu, Desa Rajawali, Kecamatan Banda, mengatakan, saat ini para pekebun yang tergabung dalam sejumlah kelompok tani tengah berupaya mengembalikan kejayaan pala di Banda Neira. Di antaranya, mereka kembali menggunakan sistem pertanian organik yang saat ini menjadi tren permintaan konsumen di berbagai negara.
Selain itu, kelompok tani juga mengembangkan sektor pariwisatanya berbasis pertanian (agrowisata). Tujuannya adalah untuk mengingatkan orang bahwa Banda Neira pernah menjadi pusat perdagangan pala dunia sejak ratusan tahun lalu.
Di antara pembangunan agrowisata itu adalah membangun spot-spot tempat selfie bagi para pengunjung. Di bawah puluhan payung-payung, para pengunjung bisa berfoto dengan berlatar pohon-pohon pala.
Selain itu, di sini juga dikembangkan peternakan sapi. Selain untuk mengundang perhatian pengunjung, peternakan sapi ini juga bisa dimanfaatkan karena kotorannya bisa digunakan sebagai pupuk organik.
“Alhamdulilah, sejak dicanangkan oleh pemerintah pada 2016 lalu, setiap bulan sedikitnya ada 200 wisatawan baik lokal maupun asing yang berkunjung ke sini,” kata Sahirun yang dalam dialog bersama Direktur Perlindungan Perkebunan Direktorat Jenderal Perkebunan Kementan Dudi Gunadi dan Kepala Dinas Pertanian Maluku Kepala Dinas Pertanian Maluku Diana Padang dalam kunjungan kerjanya pertengahan pekan lalu.
Namun, Sahirun mengatakan, pengembangan agrowisata ini juga mengalami kendala. Ada sejumlah fasilitas pendukung yang belum dibangun. Di antaranya yaitu toilet dan sarana air bersih. “Ini yang agak merepotkan pengunjung,” kata Sahirun.
Karena itu, Sahirun meminta bantuan pemerintah untuk mendukung sejumlah fasilitas ini. Hal tersebut bertujuan agar pelayanan bagi para pengunjung lebih meningkat.
Menanggapi hal tersebut, Direktur Perlindungan Perkebunan Direktorat Jenderal Perkebunan Kementan, Dudi Gunadi meminta Pemprov Maluku untuk memperhatikan keluhan petani. Namun, Dudi mengingatkan agar para petani untuk selalu bekerja keras mengembalikan kejayaan pala di Banda Neira.
“Bagi kita, siapa petani yang bekerja keras dan sungguh-sungguh, tentu akan mendapatkan perhatian,” kata Dudi.
Dudi mengatakan, para petani pala di Banda Neira sudah menunjukkan upaya kerja kerasnya dalam meningkatkan kembali kejayaan lada. Karena itu, Banda Neira ditetapkan oleh pemerintah sebagai Kawasan Pala Berbasis Korporasi Petani.
Kelompok Tani Mekar Indah di Dusun tersebut mendapat bantuan dari Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Ambon untuk mengembangkan produksi pala secara organik. Ini merupakan salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas hasil produksi pala.
Dudi pun meminta Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Ambon untuk membantu petani mencarikan pembeli pala petani dan membuat standar pala. Selain itu, ia juga berharap pala Banda bisa diolah menjadi produk lainnya. Sehingga yang dijual dan ekspor ke luar negeri tak hanya berupa biji kering.
Dudi juga menyampaikan kepada para petani di pulau Banda untuk belajar dan membangun kembali kejayaan pala Banda seperti dahulu kala. “Jadi pala Banda jangan hanya sekadar cerita masa lalu.”
Terdapat enam kelompok tani yang hadir dalam acara launching Kawasan Pala Berbasis Korporasi Petani di Istana Mini, Banda. Mereka yaitu kelompok tani Perek Indah, Tanjung Seram, Anggrek, Air Naga, Butung Indah dan Harapan Maju.
"Kementan melalui Permentan No.18 tahun 2018 tentang pengembangan pertanian berbasis korporasi menjadi komitmen pemerintah untuk menaikkan skala kualitas dan produk pertanian, termasuk perkebunan. Para petani pala Banda yang sudah dari dulu terkenal sebagai penghasil pala terbaik akan dikorporasikan melalui Lembaga Ekonomi Masyarakat (LEM)," kata Dudi.
Sehingga, dalam hal ini, sertifikasi menjadi hal penting yang perlu dipahami dan dilakukan para petani untuk menjaga kualitas pala mereka. Sertifikasi menjadi label yang menerangkan produk yang dihasilkan memiliki standar dan kualitas terjamin. Apalagi banyak produk perkebunan Indonesia yang diekspor ke luar negeri, termasuk pala Banda.
Standar organik sendiri diterapkan sebagai standar pala Indonesia. Sementara itu masih terdapat sertifikasi lain yang dimiliki berbagai negara dengan kualitas dan persyaratan lainnya.
https://ift.tt/2U72BJO
December 02, 2018 at 05:06PM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2U72BJO
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment