REPUBLIKA.CO.ID, KUNINGAN -- Sedikitnya 26 kali bencana longsor melanda berbagai daerah di Kabupaten Kuningan sejak awal 2019 sampai awal Maret. Selain longsor, bencana lain juga terjadi di kabupaten tersebut sepanjang musim hujan tahun ini.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kuningan, Agus Mauludin menyebutkan, sepanjang Januari hingga awal Maret 2019, sedikitnya ada 55 kejadian bencana di Kabupaten Kuningan. Namun, bencana longsor yang paling banyak terjadi.
"Longsor ada sekitar 26 kejadian," kata Agus, beberapa waktu yang lalu.
Agus menyebutkan, bencana lain yang melanda Kabupaten Kuningan adalah banjir, gerakan tanah, angin kencang, puting beliung, hingga sambaran petir. Selain itu, adapula bencana non alam seperti kebakaran rumah dan gedung serta bangunan ambruk.
Agus menyebutkan, tidak ada korban jiwa akibat semua bencana tersebut. Namun, dia mengakui, bencana itu menimbulkan kerugian materi maupun dampak sosial lainnya, seperti terhambatnya mobilisasi warga akibat jalan yang tertutup longsor.
"Semua bencana (alam) itu rata-rata terjadi setelah hujan lebat mengguyur selama beberapa jam," terang Agus.
Agus pun mengimbau masyarakat untuk terus mewaspadai setiap potensi bencana. Apalagi, musim hujan masih berlangsung hingga saat ini.
Sementara itu, bencana longsor terakhir terjadi pada Selasa (5/3). Longsor terjadi di Dusun Puhun, Desa/Kecamatan Hantara, Kabupaten Kuningan.
Di lokasi tersebut, longsor terjadi pada tebing saluran air berukuran panjang enam meter, tinggi tiga meter dan lebar dua meter. Longsoran itu menimpa dinding belakang rumah warga bernama Iwan (45), yang juga menjadi tempat industri rumahan perabotan rumah tangga. Selain itu, longsoran juga menimpa teras belakang rumah Risal (25).
Seperti diberitakan, masyarakat di berbagai daerah di Indonesia diminta untuk mewaspadai potensi bencana hidrometeorologi dalam beberapa hari kedepan. Pasalnya, memasuki awal Maret 2019, beberapa fenomena atmosfer terpantau muncul secara bersamaan.
Deputi Bidang Meteorologi, R Mulyono R Prabowo, dalam siaran persnya yang disampaikan Forecaster BMKG Stasiun Jatiwangi, Ahmad Faa Izyn, menjelaskan, beberapa fenomena tersebut dapat membawa konsekuensi meningkatnya potensi curah hujan tinggi di kawasan Indonesia. Saat ini, teridentifikasi adanya aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO) di Samudera Hindia.
MJO merupakan fenomena gelombang atmosfer yang bergerak merambat dari barat (Samudera Hindia) ke timur. Fenomena itu dapat meningkatkan potensi curah hujan di daerah yang dilaluinya.
"MJO diprakirakan akan bergerak melintas wilayah Indonesia yang dapat bertahan hingga satu minggu ke depan," tandas Ahmad, Sabtu (2/3).
https://ift.tt/2H6pWYS
March 08, 2019 at 12:12AM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2H6pWYS
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment