REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) mendorong bisnis haji dan umrah bisa membawa pengaruh positif pada neraca berjalan Indonesia. Kepala Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia, Anwar Bashori menyampaikan saat ini neraca berjalan belum seimbang.
"Diharapkan bisnis travel umroh juga bisa membawa orang-orang Saudi, Timur Tengah ke dalam negeri," kata Anwar dalam Seminar Nasional Managemen Bisnis Syariah pada Travel Haji dan Umrah Ikatan Ahli Ekonomi Syariah (IAEI) di Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu (6/3).
Wisatawan internasional yang masuk ke Indonesia akan memperkecil defisit neraca berjalan. Saat ini Indonesia mengalami defisit neraca berjalan sebesar 30 juta dolar AS disebabkan oleh tingginya impor terutama sektor migas.
Anwar mengatakan pariwisata adalah sektor unggulan Indonesia sehingga perlu berbagai upaya untuk meningkatkannya. Travel haji dan umrah diharapkan bisa ikut berperan dalam memasarkan paket-paket wisata ke dalam negeri untuk wisatawan di Timur Tengah.
Menurutnya, Indonesia sudah siap dengan sektor industri halal untuk menerima wisatawan Timur Tengah. Pengembangannya eksponensial dalam beberapa tahun belakangan sehingga bisa menyediakan akomodasi sesuai karakteristik wisatawan.
"Sekarang di Bali misalnya sudah banyak masjid, makanan halal, tempat shalat, hotelnya nyaman untuk wisatawan Muslim internasional," kata dia.
Selain Bali, sejumlah daerah juga mengembangkan pariwisata halal sehingga cocok dengan preferensi turis muslim. Kedepannya, ia berharap bisnis travel umrah dan haji bisa ikut aktif memperkuat neraca berjalan.
Inbound pariwisata akan membawa devisa ke dalam negeri. Pengeluaran wisatawan pun menjadi pendapatan signifikan bagi Indonesia.
Anwar mengatakan pariwisata adalah sektor tercepat yang dapat menyumbang perbaikan. Ini jika dibandingkan dengan pembangunan infrastruktur maupun pengembangan sektor-sektor halal lainnya.
Ketua Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MU), Ma'ruf Amin mengatakan travel haji dan umroh pun harus meningkatkan kapabilitas dan kualitas. Terutama dari sisi managemen yang sesuai dengan aspek syariah.
"Hingga saat ini belum ada travel haji dan umrah yang memiliki sertifikat sesuai syariah," katanya.
Ke depan, aspek regulasi menjadi penting untuk kepatuhan. Selain itu membantu pengembangan bagi sektor-sektor halal lainnya, termasuk pariwisata.
https://ift.tt/2GZr6VS
March 06, 2019 at 03:05PM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2GZr6VS
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment