REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Yang membedakan Masjid Agung Roma dengan masjid-masjid yang ada di negara-negara Islam adalah bagian menara masjid yang memiliki bentuk semacam palem, sebagaimana lajur-lajur masjid. Menara yang tegak terpisah dari masjid itu dapat juga dipandang sebagai sebuah tugu, yang biasanya ditempatkan di ujung jalan-jalan Kota Roma.
Portoghesi, yang telah menyelesaikan sejumlah proyek di Timur Tengah, melihat arsitektur Islam sebagai bersaudara dengan Gotik dan Baroque dalam hal penekanan terhadap unsur keluhuran dan nonrasional.
Sementara itu, tanah di sekitar bangunan masjid dikembangkan menjadi sebuah taman yang dilengkapi dengan air mancur. Pohon palem, cemara, dan beberapa jenis pohon lainnya menutupi sekitar area masjid dan menciptakan suasana teduh. Jalan-jalan kecil setapak dibuat di sekitar lokasi taman untuk memudahkan para pengunjung yang hendak menikmati keindahan taman masjid.
Bukan hanya pada interior dan eksterior, Portoghesi ternyata juga menaruh perhatian pada efek pencahayaan masjid. ''Pencahayaan masjid saya buat sedemikian rupa sehingga unsur ketuhanan begitu terasa di dalam rumah ibadah ini,'' jelasnya.
Pencahayaan di dalam kubah bukan hanya merupakan elemen arsitektur, melainkan juga harus dapat melayani tujuan keagamaan yang lembut. Masing-masing dari 17 kubah itu ditembus oleh jendela-jendela persegi panjang yang kecil sehingga sinar dari atas, dapat menembus 386 bukaan dan mengaliri masjid itu dengan cahaya yang lembut.
Ruang shalat diterangi oleh lampu berbentuk lingkaran yang memantul ke atas langit-langit. Efek itu melambangkan aspirasi manusia untuk bergerak menuju Tuhan.
https://ift.tt/2Cx8it8
March 22, 2019 at 05:00PM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2Cx8it8
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment