Friday, March 15, 2019

Kemenag Gelar Penguatan Kader Muballigh dan Muballighah

Kemenag bekerja sama dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat.

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Pelatihan tingkat nasional bagi para ustaz mulai digelar di Depok, Jawa Barat. Acara itu bertajuk Penguatan Kader Muballigh dan Muballighah Tingkat Nasional 2019. Durasinya berlangsung selama empat hari, sejak Kamis (14/4) hingga Ahad (17/3) nanti.

Acara itu terlaksana sebagai hasil kerja sama antara Direktorat Penerangan Agama Islam, Ditjen Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama (Kemenag) dan Komisi Dakwah dan Pemberdayaan Masyarakat MUI Pusat.

Secara umum, rangkaian kegiatan yang berpusat di Hotel Bumi Wiyata Depok itu bertujuan memberikan penguatan materi dan metologi dakwah kepada para muballigh dan muballighah. Dengan begitu, moderasi kehidupan beragama di Indonesia dapat terus terpelihara.

"Tentu kami berharap seluruh organisasi masyarakat Islam dapat bersinergi dalam penguatan kader muballigh dan muballighah," ujar wakil ketua panitia acara ini, Subhan Nur, di Hotel Bumi Wiyata, Depok, Jawa Barat, Jumat (15/3).

Menurut Subhan, salah satu permasalahan dakwah di Tanah Air saat ini adalah rendahnya jumlah muballigh dan muballighah. Karena itu, persebaran mereka tidak merata di seluruh wilayah Indonesia.

"Salah satu faktor krisis muballigh dan muballighah disebabkan belum efektifnya sistem kaderisasi di kalangan muda. Untuk itu harus ditingkatkan volume dan mutu kaderisasi dikalangan muda untuk dipersiapkan menjadi muballigh dan muballighah yang handal dan kompeten," tutur Subhan.

Jumlah muballigh dan muballighah perlu ditingkatkan, sehingga dakwah Islamiyah kian merata di seluruh Indonesia. Untuk itu, perlu langkah-langkah strategis dalam memenuhi kekurangan muballigh dan muballighah.

"Kemenag, pemerintah daerah dan lembaga dakwah harus memberikan perhatian khusus agar dakwah tidak terhenti di wilayah kota tapi mampu menjangkau wilayah terpencil, terluar dan terjauh," jelas Subhan.

Adapun tujuan acara ini mewujudkan kaderisasi muballigh dan muballighah. Ada sejumlah prinsip yang mesti diikuti, yakni efektif, transparan, dan akuntabel. Selain itu, para calon dai diharapkan memiliki pengetahuan, wawasan, ketrampilan, dan profesionalitas.

"Diharapkan juga melahirkan muballigh dan muballighah yang tentunya memiliki wawasan Islam Wasathiyah," ucap Subhan.

Kegiatan Penguatan Kader Muballigh dan Muballighah Tingkat Nasional 2019 diikuti 110 muballigh dan muballighah dari seluruh provinsi di Indonesia. Masing-masing provinsi mengirimkan dua muballigh dan satu muballighah.

"Kami senang dengan adanya kegiatan ini karena dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta ketrampilan dalam berdakwah," ujar Zikra, Muballigh asal Sumatera Barat (Sumbar).

Muballighah asal Yogyakarta, Uyun Latifah mengaku senang dapat mengikuti kegiatan Penguatan Kader Muballigh dan Muballighah Tingkat Nasional 2019. "Saya mendapat banyak pengetahuan dan wawasan sebagai muballighah dalam berdakwah. Saya juga dapat mengetahui dan memahami Islam Wasathiyah serta wawasan kebangsaan," tutur dia.

Muballigh asal Jawa Tengah (Jateng), Roi Hutdin mengutarakan selama ini saat berdakwah tidak pedoman yang dimiliki, dilakukan hanya berdasarkan pengetahuan dan pengalaman saja. "Di era milenia saat ini dakwah cukup banyak tantangannya, kita harus mampu menguasai materi dakwah yang kekinian yang dikombinasikan dengan wawasan keagamaan," terangnya.

Let's block ads! (Why?)


https://ift.tt/2O4VkHO
March 15, 2019 at 06:01PM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2O4VkHO
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment