Sayang seribu kali sayang, jika masih bisa berjamaah untuk apa shalat sendiri? Meskipun di tempat yang tidak biasa biasanya orang shalat berjamaah di dalam masjid atau (indoor) dalam gedung.
Tapi yang ini beda dari biasanya, shalat di taman (outdoor). Di mana banyak orang lalu lalang melihat dengan nada aneh dan tidak sedikit yang berpacaran pun menertawakan sedang melakukan apa itu? Gumam mereka dalam hati.
Berdasarkan hadis Nabi, keutamaan shalat berjamaah 27 kali derajat dibandingkan shalat sendirian. Shalat berjamaah ini, sulit sekali dilakukan secara rutin setiap hari bagi para Buruh Migran Indonesia (BMI) di Hong Kong.
Kesempatan mereka adalah di saat libur bekerja dan berkumpul bersama teman-teman di dalam pengajian. Pengajian ini disebut sebagai TST Rabu. TST sendiri adalah singkatan dari daerah Tsim Sha Tsui di Hong Kong.
Uswatun Hasanah adalah salah satu majelis Taklim di TST yang diadakan setiap hari Rabu. Terletak dekat masjid al-jami’a Kowloon dan taman Kowloon. Para jamaah semakin semangat untuk hadir setiap Rabu, saat mereka libur bekerja.
Sambil menunggu kumpulnya jamaah, biasanya mereka akan bersama-sama mengumandangkan sholawat-sholawat dengan lagu terbaru yang viral di sosial media. Setelah kumpul semua, sebelum dimulai pengajian, Shalat Dzuhur dulu secara berjamaah.
Dipimpin oleh Ustadz Khumaini Rosadi, Dai Ambassador Cordofa utusan Dompet Dhuafa Hong Kong (DDHK) asal Bontang – Kalimantan Timur, sholat jamaah pun berlangsung dengan khidmat dan khusyuk. Setelah selesai disertai dzikir secara Jahr (disuarakan) bersama-sama untuk mengisi kekosongan hati dari dzikir. Terlihat ketenangan wajah mereka setelah melakukan dzikir tersebut.
Ternyata bukan hanya TST Rabu – Uswatun Hasanah yang mengadakan pengajian di setiap hari Rabu. Ada lagi pengajian TST Senin, Selasa, Kamis, Jumat, Sabtu, dan Ahad. Mereka mengadakan pengajian sesuai hari libur masing-masing. Karena libur bekerja bagi BMI di Hong Kong tidak semuanya hari minggu. Ungkap ibu Maxima – Jamaah Muallaf pengajian TST Rabu.
Pengajian berlangsung selama dua sampai tiga jam. Karena ada sesi tanya jawab dan makan-makan. Kalau banyak yang bertanya, biasanya akan sampai tiga jam.
Seperti yang saya alami di hari Rabu (6/3) lalu. Karena akan merembet ke mana-mana jika sudah ada satu yang bertanya, sambung menyambung menjadi ingin tahu. Di akhir pengajian selesai, dilakukan sholat ashar berjamaah, sebelum mereka kembali ke rumah majikan - tempat bekerja masing-masing.
Meskipun pengajian digelar hanya beralaskan terpal plastik, pengajian tetap berjalan asyik. Banyak keakraban dan candaan dari jamaah yang tidak semuanya ibu-ibu. Ada juga yang masih sendirian dan sebentar lagi akan melangsungkan pernikahan di Kampung Indonesia.
Semakin khusyuk dan khidmat pegajian ini dimulai dengan membaca surat-surat pendek dari Adl-Dluha sampai An-Naas. Dilanjutkan dengan rangkaian tahlil dan doa munajat.
Dengan pengajian rutin setiap hari rabu ini, jamaah serasa dekat seperti keluarga. Bisa curhat, berbagi pengalaman, bersedekah makanan, dan arisan. Selagi masih diberi kesehatan untuk melakukan kebaikan.
Berbuat kebaikan bisa di mana saja. Di masjid berbuat kebaikan, di taman pun bisa berbuat kebaikan. Di gedung bisa mengadakan pengajian, di taman pun bisa mengadakan pengajian. Di masjid sholat berjamaah, di taman pun bisa sholat berjamaah. Maka berbuatlah kebaikan semampumu. Q.S. at-Taghabun/ 64: 16
Pengirim: H Khumaini Rosadi, SQ, MPdI
https://ift.tt/2TGTORy
March 12, 2019 at 05:06PM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2TGTORy
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment