REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Kabupaten Purwakarta, dalam waktu dekat akan memiliki taman serbaguna. Taman tersebut luasnya akan mencapai 20 hektare.
Taman tersebut akan berada di area Tajug Gede Cilodong, Kecamatan Bungursari. Taman tersebut akan terintegrasi dengan pertanian, peternakan, pendidikan, pariwisata, kebudayaan, dan religi.
Ketua DKM Tajug Gede Cilodong, Dedi Mulyadi, mengatakan, taman tersebut akan menjadi pusat pelestarian kebudayaan sunda. Namun, terintegrasi dengan sektor lainnya. Karena itu, area ini dinamakan Taman Giri Harja, yang artinya wilayah yang diharapkan membawa kemakmuran bagi masyarakatnya.
"Taman ini, luasnya mencapai 20 hektare. Di dalamnya, akan banyak fasilitas. Salah satunya mal pertanian atau bale kariaan untuk produk pertanian," ujar Dedi, kepada Republika.co.id, Rabu (6/3).
Area Tajug Gede Cilodong ini, kata Dedi, luasnya baru 10 hektare. Namun, ke depan, akan ada penambahan lahan sehingga, totalnya mencapai 20 hektare.
Taman Giri Harja ini, akan memerkenalkan sistem kebudayaan sunda. Sebab, di area ini ada etalase khusus padi gogo (huma) yang merupakan salah satu aplikasi kebudayaan nenek moyang Jawa Barat. Lalu, akan ada area seperti hutan mini, yang khusus ditanami pepohonan khas Indonesia termasuk, pohon untuk pembuatan kesenian wayang golek. Salah satunya, pohon lame (Alstonia scholaris) yang tetap harus dilestarikan. Rencananya, ada 100 ribu pepohonan khas dan langka yang akan ditanam di kawasan ini.
Taman itu juga akan dilengkapi perkebunan hortikultura. Saat ini, sudah ada kerja sama antara produsen benih hortikultura, untuk terus memandu budidaya hortikultura tersebut. Jadi, lanjut Dedi, warga yang menyambangi Tajug Gede untuk menunaikan shalat, bisa sekalian keliling kebun, atau keliling sawah huma.
Bahkan, di area taman ini juga akan ada kawasan peternakan seperti, peternakan kelinci, domba dan lainnya. Tak hanya itu, warga juga bisa membeli produk-produk pertanian, yang dihasilkan petani binaan DKM tajug.
Selain itu, akan ada area khusus untuk anak-anak supaya mudah menghafal huruf hijaiyah. Selepas shalat di tajug, pengunjung bisa bermain di taman disertai orang tuanya.
"Jadi, di Taman Giri Harja ini, kita ingin memadukan sisi religiusitas dengan aplikasi ajaran nenek moyang, yang melestarikan soal alam," ujarnya.
Bahkan, kata Dedi, pihaknya ingin area ini menjadi multi fungsi, bisa menjadi laboratorium pertanian bagi petani ataupun pelajar dan sebagai museum kebudayaan. Taman juga bisa menjadi area instagramable yang khusus disuguhkan bagi pecinta seni fotografi.
Taman ini, targetnya bisa rampung sampai akhir tahun mendatang. Adapun, biaya untuk pembangunannya sekitar Rp 50 miliar. Biaya tersebut merupakan sumbangan dari berbagai pihak, termasuk pihak swasta yang mau menyumbangkan bibit benih sayuran yang akan ditanam di area ini.
"Untuk ke depannya, bisa dikelola oleh Pemkab melalui dinas pertanian atau dinas pendidikan. Bahkan, bisa dikelola sama pihak ketiga. Sebab, jika dikelola oleh DKM akan kewalahan," ujarnya.
Sementara itu, Dadan Sunandar Sunarya, putra dari dalang Asep Sunandar Sunarya mengatakan sangat bahagia dengan adanya Taman Giri Harja ini. Apalagi, nama taman ini tercetus karena jasa Abah Asep Sunandar Sunarya di dunia seni tradisional. Abah Asep yang merupakan maestro wang golek di Jawa Barat.
"Sangat terima kasih, dengan adanya inisiasi Taman Giri Harja ini. Semoga, dengan adanya taman ini, dicontoh oleh daerah lain," ujarnya.
https://ift.tt/2tQZyth
March 06, 2019 at 07:16PM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2tQZyth
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment