REPUBLIKA.CO.ID JAKARTA -- Wakil Direktur Saksi Tim Kampanye Nasional (TKN) Koalisi Indonesia Kerja (KIK) Lukman Edy menanggapi hasil survei dari lembaga Polmark Indonesia yang menyebut capres nomor urut 01 Joko Widodo-KH Ma'ruf Amin hingga Februari 2019 cenderung stagnan. Lukman menyebut survei yang dilakukan Polmark tidak mengambarkan peningkatan pemilih.
"Angka yang mereka keluarkan adalah angka agregat. Angka yang tidak menggambarkan progresifitas," ujarnya saat dikonfirmasi, Rabu (6/3).
Lukman menerangkan, angka agregat merupakan hasil survei yang diperoleh dari responden (sampel) daerah dalam waktu yang berbeda. Karena itu, hasil yang diumumkan Polmark tidak memperlihatkan peningkatan elektabilitas Jokowi-Ma'ruf Amin selama proses kampanye.
Politikus PKB ini menjelaskan, survei yang bisa memperlihatkan hasil peningkatan maupun penurunan adalah survei yang dilakukan didalam suatu daerah dan dilakukan dengan waktu yang sama. Kendati demikian, menurutnya, Polmark merupakan salah satu lembaga survei yang kredibel.
Namun, Lukman mengimbau agar masyarakat tidak salah memahami hasil survei yang diumumkan oleh lembaga riset. "Jangan salah membaca survei PolMark," kata dia.
Sebelumnya, Polmark mengumumkan hasil survei yang dilakukan pada kurun waktu Oktober 2018 hingga Februari 2019 meliputi 73 daerah pemilihan (dapil) dari total 80 dapil di seluruh Indonesia. Dari survei tersebut, Jokowi-Ma'ruf elektabilitasnya pada angka 40,4 persen.
Capres nomor urut 02 Prabowo-Sandiaga memperoleh suara sebesar 25,8 persen. Sisanya sebesar, 33,8 persen merupakan undecided voter atau pemilih yang belum menentukan pilihan.
https://ift.tt/2XHCN8X
March 06, 2019 at 07:52PM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2XHCN8X
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment