REPUBLIKA.CO.ID, CHRISTCHURCH — Beberapa menit usai melancarkan aksi terorisme di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru, dunia mengenal Brenton Harrison Tarrant (28 tahun). Pelaku terorisme asal Australia itu melancarkan aksi biadabnya dengan memamerkan di siaran langsung media sosial Facebook. Aksi terorisme dilakukan di Masjid Al Noor di pusat kota dan masjid di pinggiran Linwood.
Keluarga Tarrant yang tinggal di Kota Grafton utara, New South Wales (NSW) terkejut dan ketakutan menyaksikan aksi itu. Seperti dilansir dari News.com.au, Sabtu (16/3), keluarga Tarrant langsung menghubungi pihak berwenang Australia usai melihat berita. Mereka juga menawarkan bantuan penyelidikan kepada aparat kepolisian.
Komisaris Polisi NSW, Mick Fuller mengatakan kasus pembunuhan tidak pernah terdengar di Australia selama empat tahun terakhir. Selama ini, polisi hanya mengurusi masalah pelanggaran lalu intas kecil.
Terkait Tarrant, Fuller mengatakan, saat ini tersangka hanya didakwa satu dakwaan pembunuhan. Namun, dia memperkirakan tersangka akan menghadapi dakwaan lebih lanjut saat investigasi berlanjut.
Rincian tentang latar belakang tersangka muncul tak lama usai aksi terorisme itu terjadi. Pelaku beranggapan aksi itu bertujuan mengurangi tingkat imigrasi ke tanah Eropa.
Media Sky News melaporkan masyarakat di Kota Grafton terkejut atas aksi Tarrant. Sebab, masyarakat setempat mengenal tersangka sebagai seorang pemuda yang santun dan sopan. Tarrant adalah seorang siswa di sekolah menengah setempat. Usai lulus, dia bekerja di pusat kebugaran.
Pada April 2010, ayahnya meninggal karena kanker pada usia 49 tahun. Kemudian, Tarrant melakukan perjalanan ke berbagai tempat selama tujuh tahun. Seorang teman berspekulasi, Tarrant ditempa rakalisme pada masa-masa itu.
https://ift.tt/2ChBsN1
March 16, 2019 at 04:07PM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2ChBsN1
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment