Monday, March 4, 2019

Donald Trump Kembali Hadapi Penyelidikan Kasus Korupsi

House of Representative AS meluncurkan penyelidikan baru terhadap Donald Trump.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Komite Kehakiman House of Respresentative Amerika Serikat (AS) meluncurkan penyelidikan baru terhadap Presiden AS Donald Trump, Gedung Putih, kampanye Trump pada 2016, dan bisnis Trump. House mengirimkan dokumen kepada 81 orang terkait dengan presiden dan rekan-rekannya.

Ketua Komite Kehakiman, Jerrold Nadler mengatakan, penyelidikan akan difokuskan pada hak keadilan, korupsi, dan penyalahgunaan kekuasaan. Komite Kehakiman yang dipimpin Partai Demokrat itu menyasar pada putra-putra Presiden Trump, Jr dan Eric Trump, WikiLeaks, ajudan Gedung Putih, dan menantu Trump Jared Kushner, kepala pejabat keuangan Organisasi Trump Allen Weisselberg, mantan Jaksa Agung AS Jeff Sesi, dan mantan penasihat Gedung Putih Don McGahn.

Penyelidikan itu pun dinilai dapat mengarah untuk upaya pemakzulan Trump, meski para pemimpin Demokrat berjanji untuk menyelidiki semua jalan dan meninjau laporan dari Penasihat Khusus Robert Mueller, sebelum melakukan tindakan. "Kami tidak membuat keputusan soal pemakzulan, ini adalah melindungi presiden dari pertanggungjawaban yang tepat," kata dia dikutip Aljazirah, Selasa (5/3).

Nadler mengatakan, dokumen yang dibatasi hingga 18 Maret, adalah cara untuk memulai membangun catatan publik. Selain itu, Komite Kehakiman House dalam hal ini memiliki tanggung jawab untuk menyelidiki dan mengadakan dengar pendapat publik.

"Selama beberapa tahun terakhir, Presiden Trump telah menghindari pertanggungjawaban atas desakan yang hampir setiap hari ada terhadap aturan dan norma dasar hukum, etika, dan konstitusional kami," kata Nadler mengumumkan awal penyelidikan.

"Menyelidiki ancaman-ancaman ini terhadap supremasi hukum merupakan kewajiban Kongres dan fungsi inti Komite Kehakiman House," tambahnya.

Ketika ditanya oleh wartawan apakah dia akan bekerja sama dengan penyelidikan komite, Trump mengatakan, dia bekerja sama sepanjang waktu dengan semua orang. Meski dia mengatakan, itu semua hanyalah tipuan semata.

Pengumuman Nadler tersebt diumumkan setelah panel intelijen House mengumumkan penyelidikan terpisah terhadap campur tangan Rusia dalam pemilihan umum (pemilu) 2016, dan kepentingan keuangan asing Trump. Komite Kehakiman House juga menyelidiki masalah - masalah terkait. Daftar 81 nama menyentuh semua lini bagian kehidupan Trump, termasuk bisnis dan kampanyenya. Komite juga mengawasi transisi dari kampanye ke Gedung Putih.

Daftar Komite juga merupakan orang yang bekerja pada kampanye Trump 2016 atau di Gedung Putih seperti Hope Hicks, Steve Bannon, Reince Priebus dan Sean Spicer, serta Rhona Graff, asisten eksekutif lama di Trump Organization; dan David Pecker, kepala eksekutif American Media Inc, yang menerbitkan tabloid supermarket National Enquirer.

Dalam sepucuk surat ke Gedung Putih, panitia Komite kehakiman House meminta informasi seputar mantan Direktur FBI James Comey, komunikasi dengan pejabat Departemen Kehakiman, pertemuan di Menara Trump, dan beberapa hal lainnya.

Sekretaris Pers Gedung Putih Sarah Sanders mengatakan, Gedung Putih telah menerima surat tersebut. Menurutnya, kantor penasihat dan pejabat Gedung Putih yang relevan akan meninjau dan merespons pada waktu yang tepat.

The Associated Press melaporkan, menurut pejabat yang akrab dengan penyelidikan, Komite Kehakiman House diharapkan menggunakan informasi tersebut untuk mengumpulkan informasi yang kemudian dapat disisir oleh para pejabat. Tim penyelidik dari Komite, mengharapkan beberapa orang untuk merespons sehingga akan menghadapi panggilan pengadilan. Kendati demikian, belum jelas berapa banyak yang akhirnya akan dipanggil untuk wawancara.

Pengumuman penyelidikan baru ini mengikuti pekan politik buruk untuk Trump. Presiden Trump selesai tanpa kesepakatan dari KTT dengan Pemimpin tertinggi Korea Utara (Korut) Kim Jong-un soal denuklirisasi. Selain itu dalam tiga hari kesaksian Kongres pengacara pribadi Trump Michael Cohen menyebut Trump sebagai penipu ulung.

Nadler yang mengumumkan pengumumannya di This Week AB pada Ahad (3/2), mengatakan, sangat jelas bahwa presiden AS menghalangi keadilan. Menurutnya, House melakukan tugas untuk melindungi supremasi hukum.

Dalam cicitannya di Twitter, Trump mengecam investigasi Mueller Rusia. Dia menyebut penyelidikan partisan yang tidak adil ini bertujuan mendiskreditkan kemenangannya dalam pemilihan presiden 2016 lalu.

Let's block ads! (Why?)


https://ift.tt/2tRC7zX
March 05, 2019 at 11:20AM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2tRC7zX
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment